Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Berita Warisan Mendiang Mantan Istri Sule Jadi Konsumsi Publik

1 Maret 2020   15:20 Diperbarui: 1 Maret 2020   15:22 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. tribunnews.com

Jadi public figure seperti artis, sangat sulit menyembunyikan kehidupan pribadinya agar tidak terlihat di mata publik. Soalnya, berita seputar artis sering menjadi acara yang disukai oleh pemirsa televisi atau jadi bahan perbincangan pengguna media sosial. 

Apapun yang dilakukan si artis idola, akan dilahap oleh penggemarnya, meskipun itu cuma sekadar kegiatan sehari-hari saja, seperti makan siangnya di mana, baju apa yang dipakainya, dan sebagainya. Bahkan ada artis yang tidak bisa membuka kulit buah salak, videonya laris ditonton banyak orang.

Jelaslah bahwa ada satu hal yang hilang sebagai konsekuensi dari profesi artis, yakni tidak adanya privacy. Ketidakmampuan mengupas buah salak, mungkin bukan hal yang memalukan, justru pertanda bahwa selama ini si artis tangannya tidak "ternoda" karena ada asisten rumah tangga yang siap membantu.

Tapi bagaimana halnya dengan perseteruan antar suami istri, antar suami dan mantan istri, rebutan anak, atau rebutan warisan yang terjadi di lingkungan artis? Tentu ini sebisa mungkin sebaiknya tidak sampai menjadi konsumsi publik.

Sebagai contoh berita yang relatif sering muncul pada beberapa acara infotainment di televisi akhir-akhir ini adalah yang berhubungan dengan meninggalnya mantan istri komedian Sule.

Almarhumah yang bernama Lina Jubaedah itu berpulang ke rahmatullah 4 Januari 2020 lalu. Tapi dua atau tiga hari kemudian, anak almarhumah bersama Sule yang juga penyanyi terkenal saat ini Rizky Febian, telah melayangkan pengaduan ke pihak kepolisian.

Ada kecurigaan Rizky bahwa kematian ibunya terjadi secara tidak wajar. Namun setelah dilakukan otopsi jenazah dan diperiksa di laboratorium forensik, kesimpulan dari pihak kepolisian tidak terdapat kejanggalan.

Tapi bukan berarti setelah itu berita seputar keluarga Sule mereda. Justru makin hangat dengan topik warisan yang ditinggalkan almarhumah yang bernilai milyaran rupiah.

Tedi Pardiayana, suami Lina setelah bercerai dari Sule, sering muncul di acara infotainment dengan membeberkan apa saja harta peninggalan Lina, antara lain rumah yang dikontrakkan di Bandung.

Selain Tedi, Rizky dan Sule juga menjadi incaran para jurnalis untuk mengorek informasi yang terkesan menggambarkan konflik terbuka antara Sule dan Rizky di satu pihak dan Tedi di pihak lain.

Jurnalis memang pintar memancing dan itu sudah pekerjaannya. Namun yang terlihat menghindar dari kejaran jurnalis adalah Sule, sedangkan Tedi seperti punya "panggung" untuk menjelaskan bahwa ia tidak pantas dicurigai.

Karena kedua pihak tidak membuka komunikasi secara langsung, akhirnya bercerita ke jurnalis menjadi pilihan, dengan harapan pesan tersebut sampai ke pihak lawan.

Baik, seperti apa akhirnya"drama" di atas, kita tunggu saja. Tapi bagi siapapun juga, artis atau orang biasa, hal-hal yang berkaitan dengan harta warisan atau utang piutang antar mereka yang masih punya hubungan keluarga, sebaiknya hanya diketahui oleh pihak terkait saja.  

Orang yang tidak berkepentingan, tidak perlu tahu. Bagi orang biasa yang mungkin tidak akan diburu para jurnalis, jangan pula menceritakannya pada para tetangga atau teman kerja.

Sekiranya terjadi konflik antar saudara dan tidak bisa lagi dimusyawarahkan, dapat diselesaikan dengan menempuh proses hukum. Maka tentu pihak aparat penegak hukum mau tak mau akan mendapatkan informasi lengkap tentang apa yang terjadi menurut versi kedua belah pihak yang bertikai.

Tapi tetap saja kasus tersebut tidak usah disebarkan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Banyak dampak negatifnya bila konflik di tengah suatu keluarga menjadi bahan perbincangan orang lain, terlepas dari skopnya yang bersifat nasional kalau berkaitan dengan public figure, atau bersifat satu kampung atau satu kantor, kalau hanya untuk orang biasa.

Sering seseorang bercerita tentang konflik yang dialaminya awalnya sekadar curhat dengan temannya. Tapi tak ada jaminan, si teman tidak akan keceplosan mengatakannya kepada orang lain, mungkin malah dengan ditambah bumbu lain biar lebih seru.

Yang dikhawatirkan kemudian muncul pihak lain yang sengaja mengipasi sehingga konflik semakin tajam. Atau bahkan ada pihak ketiga yang sengaja mengambil keuntungan dari konfik tersebut. Akhirnya tentu saja hubungan silaturahmi antar mereka yang bertikai semua sulit untuk dipulihkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun