Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bila Ada WNI yang Perlu Dikarantina Lagi, Masyarakat Natuna Siap Menerima

16 Februari 2020   00:07 Diperbarui: 16 Februari 2020   00:19 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Natuna melepas kepulangan warga yang selesai dikarantina (merdeka.com)

Dalam dua bulan terakhir ini, ada dua hal besar yang membuat pemberitaan tentang Kepulauan Natuna yang termasuk dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau, mendapat liputan yang luas secara nasional, bahkan juga bergaung ke luar negeri.

Pertama adalah berkaitan dengan dimasukinya wilayah perairan Natuna oleh kapal-kapal nelayan dari China yang dikawal oleh coast guard-nya. Ini jelas berita hangat beraroma "perang" karena mengusik kedaulatan negara kita.

Setelah itu kembali Natuna menjadi pusat perhatian. Masih beraroma "perang", tapi kali ini melawan virus corona. Karena ini merupakan jenis virus baru yang mewabah di China serta mulai menyebar ke banyak negara, tak heran bila jumlah wartawan yang meliput demikian banyak, bahkan beberapa stasiun televisi melakukan siaran langsung dari Natuna.

Seperti diketahui, dua minggu yang lalu, 238 orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang dijemput pemerintah ke Wuhan, China, kota yang menjadi asal ditemukannya virus berbahaya itu, dikarantinakan di Natuna.

Awalnya masyarakat Natuna, termasuk pemerintah daerah setempat, menolak menerima tamu tak diundang itu. Muncul unjuk rasa di sana ketika sudah beredar berita Natuna dipilih pemerintah sebagai lokasi karantina dan sekaligus mengobservasi WNI yang datang dari Wuhan tersebut.

Sebagian masyarakat Natuna mengungsi ke tempat yang lebih jauh dari lokasi karantina, begitu para "tamu" tersebut mendarat di Natuna. Kegiatan sekolah terhenti karena diliburkan.

Tapi untunglah itu hanya berlangsung selama 2-3 hari pertama saja dari jadwal dua minggu masa karantina. Setelah masyarakat setempat mendapat informasi yang lebih lengkap, apalagi kondisi kesehatan 238 WNI yang diobservasi semuanya sehat, tidak ada yang diduga terkena virus, masyarakat kembali tenang dan kehidupan sehari-hari pun berjalan seperti biasa.

Jelaslah kesimpangsiuran berita tentang virus corona, telah menimbulkan miskomunikasi yang berbuntut dengan kekhawatiran berlebihan dari masyarakat Natuna yang merasa dikorbankan. Mereka bertanya, kenapa harus di Natuna sebagai lokasi karantina?

Namun setelah dua minggu berlalu dan kondisi 238 warga yang diobservasi tetap sehat dan karenanya semuanya sudah dibolehkan pulang ke kota asalnya masing-masing dengan terlebih dahulu diterbangkan ke Jakarta, baru terlihat betapa masyarakat Natuna juga punya rasa nasionalisme yang tinggi.

Di samping aparat pemerintahan setempat, tak sedikit warga biasa yang melepas keberangkatan 238 warga tersebut. Baik yang dilepas maupun yang melepas terlihat sangat antusias, penuh ekspresi persahabatan atau kekeluargaan, dan sebagian besar tidak memakai masker, pertanda sudah hilangnya kekhawatiran.

Gambaran di atas terlihat jelas dari siaran langsung beberapa stasiun televisi. Seperti dilansir dari merdeka.com (15/2/2020), Bupati Kepulauan Natuna Hamid Rizal menyatakan bangga bahwa daerahnya terpilih sebagai tempat observasi WNI dari Wuhan.

Dalam kesempatan itu, bupati juga mengajak WNI yang dilepas itu untuk kembali ke Natuna pada kesempatan lain, agar bisa menikmati Natuna yang sebenarnya. 

Selama 14 hari hanya berada di lokasi observasi, tentu mereka belum berkesempatan menikmati keindahan alam Natuna. Padahal, seperti yang ditulis di sini, potensi pariwisata Kepulauan Natuna sungguh besar, terutama bila didukung oleh promosi yang gencar dan kemudahan transportasi.

Walaupun diharapkan tidak ada WNI yang perlu dikarantina lagi, tapi bila kondisinya menghendaki seperti itu, sekarang masyarakat Natuna siap untuk menyambutnya. 

Dengan menjadi lokasi karantina, pemda setempat juga berharap fasilitas kesehatan di Natuna dilengkapi dan ditingkatkan kualitasnya yang juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Semakin sering Natuna masuk radar media massa nasional dan internasional, secara tidak langsung akan menjadi sarana promosi bagi kemajuan pariwisata di ujung utara Indonesia itu, yang secara geografis lebih dekat ke Malaysia ketimbang ke Tanjung Pinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.

Namun yang diharapkan adalah munculnya kreativitas dari pemerintah atau dunia usaha yang memungkinkan dijadikannya Natuna sebagai tempat penyelenggaran event tertentu yang berskala nasional atau regional ASEAN.

Dengan demikian Natuna tidak hanya diingat saat terjadi "perang" saja, baik melawan nelayan asing maupun melawan wabah virus, tapi juga dalam event seni, budaya, atau olahraga.

Bila sudah banyak tamu yang terpikat dengan keindahan Natuna, nantinya mereka akan datang lagi bersama keluarga atau sahabatnya, sehingga tanpa dibantu event tertentu pun,  kepopuleran Natuna otomatis akan meningkat seperti halnya kesuksesan destinasi wisata baru di Pulau Belitung, Labuan Bajo, Pulau Sumba, Kepulauan Raja Ampat, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun