Pernah mendengar dosen diktator? Jangan salah sangka, maksudnya bukan otoriter seperti gaya para penguasa di zaman dulu. Diktator adalah istilah untuk dosen yang menjual diktat dari mata kuliah yang diajarkannya.
Mungkin mahasiswa yang masuk kuliah pada dua dekade terakhir ini tidak lagi mengenal apa itu diktat. Diktat semacam buku materi pelajaran yang biasanya ditulis oleh seorang pengajar yang dicetak secara sederhana dengan stensilan.
Tentu tampilan hasil stensil sangat jauh mutunya di bawah buku yang dicetak seperti yang dijual di toko buku. Tapi sampai dekade 1980-an, saat komputer belum banyak digunakan, mesin ketik menjadi barang yang lazim dimiliki para mahasiswa, apalagi dosen.
Penggunaan mesin foto kopi pun sampai awal tahun 80-an masih langka dan mahal. Agar hasil ketikan gampang diperbanyak, harus diketik di kertas khusus sebagai master yang nanti diperbanyak dengan mesin stensil.
Nah, dosen yang rajin mengetik materi perkuliahan setiap minggunya, bisa dikumpulkan menjadi diktat kuliah. Hal ini tentu suatu hal yang positif. Tapi menjadi tidak sehat bila sang dosen mewajibkan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah yang diajarkannya untuk membeli diktat.Â
Celakanya, bagi mahasiswanya yang tidak membeli diktat, baik karena tak punya uang, atau karena merasa bisa meminjam dari mahasiswa angkatan sebelumnya, terancam tidak lulus.
Baiklah, itu cerita lama. Tapi siapa yang menyangka ternyata sekarang masih ada dosen yang seperti itu, walaupun bukan lagi menjual diktat, namun berupa buku.
Baru-baru ini saya dikejutkan dengan keluhan seorang mahasiswa yang kebetulan bertemu dengan saya di sebuah acara.Â
Ceritanya masih ada dosen yang mewajibkan semua mahasiswa yang mengikuti kelasnya untuk membeli buku materi perkuliahan, dengan menunjukkan struk pembelian sebagai bukti. Struk pembelian itu akan disimpan oleh sang dosen, sehingga tidak bisa dipinjam oleh teman lain.
Sebetulnya membeli buku, tanpa dipaksapun, sudah hal yang lumrah dilakukan mahasiswa. Hanya saja karena buku tersebut karangan si dosen itu sendiri, ada kecurigaan sebagai sebuah tindakan yang bermotif mencari keuntungan secara paksa.
Ancamannya, paling tidak dari pengalaman mahasiswa di angkatan sebelumnya, bila ada mahasiswa yang tidak membeli buku dimaksud, si mahasiwa tidak akan diluluskan pada mata kuliah itu.