Saya curiga, jangan-jangan cara seperti itu merupakan bagian dari strategi bisnis dari perusahaan yang membangunnya. Karena yang dibangun adalah rumah tipe kecil dengan harga jual yang relatif murah karena persaingan dengan pengembang lain yang tergolong ketat, akhirnya yang dikorbankan adalah kualitas jalan yang sebetulnya hal yang vital.
Akhirnya yang membeli rumah di sana kebanyakan hanya mempertimbangkan faktor harga murah semata. Begitu mereka sudah mendiami selama beberapa tahun, biasanya seiring dengan peningkatan penghasilan, mereka akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang lebih baik.
Atau yang motifnya membeli rumah di sana, seperti yang dialami saudara saya, bukan untuk ditempati, melainkan untuk "menaruh duit" alias untuk investasi. Siapa tahu nanti bisa dikontrakkan, atau bisa dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi di atas harga beli semula.
Sebetulnya ketentuan pemerintah yang harus dipatuhi semua perusahaan pengembang telah cukup jelas. Setiap proyek perumahan diwajibkan membangun fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) untuk bisa dimanfaatkan oleh para penghuninya.Â
Sayangnya karena pengawasan yang kurang dari instansi terkait, atau mungkin karena ada oknum yang bisa diajak main mata, akhirnya hak konsumen yang dikorbankan. Parahnya konsumen jarang yang kritis, karena merasa diuntungkan dengan harga rumah yang terjangkau.
Ceritanya jadi berbeda bila dibandingkan dengan komplek perumahan elit. Bagi proyek properti kelas menengah ke atas, perusahaan pengembang yang membangun biasanya sudah punya modal besar, sehingga fasos dan fasumnya merupakan selling point yang mampu mendongkrak harga rumah.
Itulah yang biasa ditemui di berbagai proyek baru di Jakarta dan sekitarnya, di mana yang dibangun terlebih dahulu adalah jalan yang lebar dan mulus, dihiasi aneka bunga dan pohon yang menambah keindahan.
Baru kemudian mulai dibangun rumah-rumah yang mau dijual. Banyak pula yang menjual kapling tanah saja, sehingga si pembeli bebas membangun dengan rancangan model rumah yang diinginkannya.
Dengan kemudahan akses dan lingkungan yang berkualitas, tak sedikit orang yang tadinya kebetulan lewat saja di sana, akhirnya malah tertarik untuk membeli rumah. Ya, tentu yang mampu membeli rumah di sana adalah kalangan kelas menengah ke atas juga.
Namun strategi mendahulukan pembangunan jalan ke suatu proyek perumahan, sebetulnya bisa dicontoh pula oleh komplek perumahan sederhana. Mungkin anggarannya tidak cukup bila harus membangun taman dengan aneka pepohonan. Jalan pun tidak perlu lebar, yang penting sudah diaspal dengan kualitas sedang, itu sudah memadai.
Bila ada pengembang perumahan sederhana yang mendahulukan pembangunan jalan yang bagus, walaupun berdampak pada sedikit kenaikan harga jual rumah, bisa jadi akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pembeli.