Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jangan Mau Jadi Karyawan yang Medioker, tapi Jangan Pula ABS

1 Mei 2020   00:07 Diperbarui: 2 Mei 2020   04:21 1801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka jelaslah bahwa antar sesama karyawan secara otomatis akan tercipta persaingan. Perusahaan yang dikelola secara baik sudah punya jalur karier yang jelas dan menciptakan iklim persaingan antar karyawan yang sehat.

Yang akan berhasil melesat ke depan bukan karyawan yang punya hubungan famili dengan direktur utama atau bukan karena berani memberikan gratifikasi buat para pengambil keputusan.

Mereka yang prestasi kerjanya di atas yang lain lah yang akan moncreng kariernya. Inilah orang yang tidak puas menjadi medioker. Mereka selalu punya cara tersendiri agar apapun target yang ditetapkan atasannya, berhasil dicapainya dengan baik, bahkan dilewatinya.

Merekalah orang-orang yang kreatif yang tidak hanya mampu mengerjakan tugas sehari-hari yang cenderung monoton, tapi juga muncul dengan ide-ide segar berupa pendekatan baru untuk bekerja secara lebih sistematis, lebih cepat, dan lebih akurat.

Ide kreatif itu bisa pula dalam rangka menciptakan produk baru atau menyempurnakan produk lama, punya langkah terobosan untuk memperluas pasar dengan menambah jumlah pelanggan yang loyal menggunakan produk atau jasa yang dijual perusahaan tempatnya bekerja.

Dari pengamatan saya, segelintir teman-teman saya yang akhirnya berhasil lebih cepat dalam meraih posisi yang lebih tinggi, memang punya etos kerja yang berbeda, tidak medioker. 

Bila yang lain banyak ngobrol santai dan baru kelihatan sibuk ketika bos melihat, maka yang tidak medioker selalu tekun dan penuh konsentrasi dalam bekerja, baik saat dilihat maupun saat tidak dilihat atasannya.

Namun yang hanya tekun bekerja dan kurang banyak bergaul dengan staf lain, termasuk staf dari divisi lain dalam rangka menjalin kerja sama, mungkin cepat kariernya naik, tapi hanya hingga meraih level tengah saja, katakanlah hingga jabatan kepala bagian.

Jadi, bila hanya sekadar rajin, barangkali itu yang disebut dengan bekerja keras. Tapi ini belum cukup, karena yang lebih dibutuhkan adalah bekerja cerdas. Soft skill berupa kemampuan yang baik dalam berinteraksi dengan semua lapisan di perusahaan, akan sangat menentukan "kecerdasan" dalam bekerja.

Bagaimana seseorang mampu menarik perhatian atasannya langsung, atasan di divisi lain, kalau bisa juga menarik perhatian direksi, menjadi penting. Selain itu, kemampuan bekerja sama dengan teman-temannya selevel (disebut juga peers) lintas divisi, sangat diperlukan pula. 

Demikian pula dalam mengelola para junior, baik anak buah langsung maupun junior di divisi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun