Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tahan Jari Sebelum Protes "Kok Saya Gak Diundang?"

9 Februari 2020   00:07 Diperbarui: 9 Februari 2020   14:12 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by sergio souza from Pexels

Ada sebuah grup WhatsApp (WA) yang saya menjadi salah satu anggotanya. Grup ini dinamakan Keluarga Besar Divisi Akuntansi (KBDA) dengan anggota sekitar 150 orang.

Ya betul, semua anggota KBDA pernah bertugas di Divisi Akuntansi yang berada di kantor pusat sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun banyak di antara anggota yang sudah pindah ke divisi lain, pindah ke perusahaan lain, atau sudah pensiun.

Tapi dengan adanya grup WA tersebut, pertemanan antar anggota tetap terjalin, walaupun sekarang pekerjaan atau kota tempat domisili berbeda-beda.

Saya, mohon maaf tanpa bermaksud menyombongkan diri, mungkin termasuk salah satu dari sedikit anggota yang pernah menduduki jabatan sebagai kepala divisi.

Tapi saya sangat mengerti, grup di media sosial bersifat informal, dan tak ada kaitannya dengan jabatan atau atribut kedinasan lainnya. Jadi sama sekali saya tidak ingin mendapat perlakuan istimewa seperti waktu dulu masih punya jabatan.

Bahkan bila saya terlupakan atau sengaja dilupakan pun juga tidak masalah. Itulah yang jadi pokok bahasan pada tulisan saya kali ini.

Ceritanya begini. Sekitar seminggu yang lalu, tiba-tiba seorang anggota grup memposting beberapa foto ketika sebagian anggota KBDA lagi bertemu di sebuah resepsi pernikahan.

Saya yang ingin tahu acara pernikahan siapa yang fotonya baru saja terlihat, menjapri salah seorang teman yang wajahnya ada di foto tersebut.

Si teman membalas dengan menjelaskan bahwa itu adalah acara resepsi pernikahan anak Pak Joni, yang juga anggota KDBA. Hanya saja ia tidak begitu lama bertugas di Divisi Akuntansi, karena kemudian dipindahkan ke Divisi Logistik hingga saat ini yang sudah mendekati masa pensiunnya.

Teman yang saya japri merasa kaget begitu mengetahui bahwa saya tidak diundang ke acara dimaksud. Padahal saya lumayan akrab dengan Joni.

Tapi ada teman lain yang memilih melakukan protes di grup KDBA dengan mengajukan pertanyaan: "Kok saya gak diundang?" Hal ini tak urung menimbulkan perdebatan di grup KDBA.

Jadi meskipun sesama tidak diundang, reaksinya bisa berbeda-beda. Saya sendiri memilih tidak berkomentar di grup. Tapi ada teman yang memilih memperlihatkan rasa kecewanya di grup. Tentu ini juga sah-sah saja.

Masalahnya, kalau ada anggota KDBA yang merasa kurang dihargai, siapa yang salah? Apakah mereka yang kesal karena tidak diundang, yang pertama kali menyebarkan foto di grup KDBA sehingga memancing keributan, atau teman yang punya hajat?

Sebetulnya bagi saya sendiri tidak ada masalah, karena saya tidak termasuk yang kecewa. Saya bisa memaklumi kenapa tidak diundang. 

Satu, mungkin yang punya hajat tidak sengaja tidak mengundang saya, karena lupa. Hal yang manusiawi bagi orang seumuran saya. Atau bisa juga disengaja karena memang jumlah undangan dibatasi. Ini juga hal yang logis menurut saya.

Namun ada pula kemungkinan saya sudah dikirimi undangan yang dititipkan pada orang lain atau melalui jasa pengiriman, tapi karena ada halangan tertentu, undangannya tidak sampai ke tangan saya.

Padahal kalau saya mendapat undangan dari teman hanya melalui penayangan foto undangan di grup WA, saya akan usahakan untuk datang.

Yang sudah ya sudahlah. Tapi hikmah yang dapat dipetik, bagi yang punya hajat, untuk menghindari ada teman yang terlewati, dalam arti tidak dikirimi undangan atau yang sudah dikirim namun tidak sampai, ada baiknya mengundang juga di grup WA.

Jika sudah ada semacam pengumuman di grup tersebut, pada hari resepsinya tiba-tiba tersebar foto-fotonya, bakal tidak ada yang protes kenapa tidak diundang.

Tapi memang ada kelemahannya juga, tuan rumah harus siap bila ternyata mayoritas anggota grup datang ke acara, sedangkan kapasitas tempat dan persediaan makanannya terbatas.

Berikutnya, bagi yang asyik berfo-foto, bila mengetahui yang punya hajat tidak mengundang melalui grup, sebaiknya tidak memposting di grup. Hal ini untuk menenggang perasaan teman yang kebetulan tidak menerima undangan.

Mau tak mau bila ada teman yang wajahnya terekam di foto dan ingin mendapatkan foto tersebut, oleh yang punya foto sebaiknya dikirim ke hape masing-masing individu saja.

Namun memang sulit untuk menghalangi teman-teman yang biasanya spontan memposting foto di grup WA atau di media sosial lainnya. 

Nah, kalau sudah terlanjur beredar foto-fotonya, bagi yang tidak diundang tidak perlu melakukan protes. Kalau memang tangannya gatal untuk menulis pesan, tulis saja kalimat yang mendoakan teman yang punya hajat.

Grup percakapan di dunia maya memang mempermudah banyak hal. Tapi sering muncul dampak negatif yang sebelumnya tidak terduga. Kuncinya perlu kehati-hatian dalam memposting sesuatu atau dalam merespon postingan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun