Tulisan ini lahir setelah membaca salah satu artikel utama di Kompasiana (25/1/2020) lalu. Artikel dimaksud berjudul "Self Love" Itu Juga Penting, Tolong Diri Sendiri Dulu Baru Tolong Orang Lain, yang ditulis oleh Heni Prasetyorini.
Tapi substansi tulisan saya kali ini, agak berbeda dengan tulisan tersebut, meski sama-sama menggunakan istilah self love, yang selanjutnya biar lebih praktis, saya singkat sebagai SL saja.
SL yang saya maksudkan di sini, lebih sebagai kalimat yang memotivasi pada diri sendiri, makanya saya sebut menjadi mantra. Artinya kita harus sering-sering mengatakan dalam hati, dan dilakukan dengan sepenuh hati pula, bahwa kita mencintai diri kita sendiri.
Ya, sangat mungkin kita mendapatkan cinta dari orang tua kita, pasangan hidup kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita, atau teman-teman kita.
Namun, bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan diri kita, baik yang diderita secara fisik, maupun mental, yang paling merasakan sakitnya adalah diri kita sendiri. Makanya kitalah orang pertama yang harus mencintai diri sendiri, baru setelah itu mencintai keluarga atau sahabat.
Bagaimana cara menggunakan mantra SL ini? Nah, saya sendiri diajarkan oleh atasan saya sewaktu saya baru mulai meniti karir di sebuah BUMN, akhir dekade 1980-an lalu.
Saya menduga, atasan saya juga mendapatkan materi SL itu dari membaca salah satu buku, karena di ruang kerjanya ada banyak buku dari berbagai bidang ilmu, termasuk buku-buku yang jadi acuan para motivator.
Mari kita langsung saja ke praktiknya. Karena memang tidak ada teori khusus untuk mantra SL ini. Dengan asumsi kita setiap hari melakukan ritual mandi dua kali, maka dua kali pula bisa mempraktikkannya.
Tentu saja bagi yang selama ini menerapkan pola mandi bergaya kilat, harus bersedia mengalokasikan waktunya lebih lama lagi, bila ingin menguji keampuhan mantra SL ini.
Paling tidak setiap kali mandi butuh waktu sekitar 15 menit, agar proses SL-nya lebih meresap. Lagi pula dengan waktu mandi yang sedikit lebih lama, kebersihan semua bagian badan akan lebih terjaga.
Intinya, setiap kita membersihkan salah satu bagian tubuh, kita akan berbicara di dalam hati. Boleh juga bicara degan suara normal, bila yakin tidak ada orang lain yang bisa mendengar.
Apa yang kita bicarakan? Ambil contoh waktu kita membersihkan kepala. Dengan anggapan di dalam kepala itu terdapat otak, ungkapkan saja betapa cintanya kita pada otak tersebut.
"Hei otakku, aku sungguh mencintaimu. Aku bangga padamu. Kau cerdas sekali, kau adalah aset penting yang akan kujaga selalu. Aku yakin kau akan semakin rajin belajar atau berdiskusi dengan orang-orang hebat, untuk menambah ilmu. Karir kau pasti semakin cerah", begitu kira-kira mantra SL yang kita ucapkan.
Nah, kita bisa berimajinasi mantra apa yang akan kita ucapkan setulus hati sebagai ungkapan cinta kita untuk mata, telinga, hidung, bibir, leher, dada, perut, tangan, kaki, punggung, pinggang, dan maaf, juga organ intim kita sendiri.Â
Kalimat mantra boleh saja berbeda-beda antar setiap orang. Tapi standarnya paling tidak mencakup dua hal. Pertama, betapa kita mencintai bagian tubuh kita itu. Kedua, harapan kita dengan cinta tersebut, bagian tubuh itu akan berperan positif untuk menggapai impian kita.
Untuk yang pertama dapat ditafsirkan sebagai ungkapan rasa syukur pada Sang Pencipta dan tekad kuat kita untuk merawat dengan sebaik-baiknya.Â
Sedangkan yang kedua dapat pula ditafsirkan sebagai doa kepada Sang Pencipta dan tekad kuat kita untuk menggapai apa yang menjadi impian kita.Â
Contoh bagian pertama untuk tangan, kita katakan betapa cintanya kita pada bagian tubuh yang rajin bekerja itu dan kebanggaan atas karya yang telah dihasilkannya.
Untuk bagian kedua, kita minta tangan itu untuk lebih produktif bekerja dan semakin banyak menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang lain atau yang membawa kita ke puncak karir.
Seperti itulah cara bekerja mantra SL. Mungkin ada yang berpikiran, kok kayak main-main saja? Ya, kalau kita anggap main-main, bisa saja, dan hasilnya pun sekadar permainan.
Namun kalau kita serius melakukan dengan penuh penghayatan, dan karena selalu diulang-ulang setiap hari sehingga menjadi kebiasaan, suatu saat kelak, akan mendatangkan manfaat yang luar biasa.
Betapa tidak, bukankah mantra itu menyimpan tekad kita buat merawat semua anggota tubuh dengan sebaik-baiknya? Inilah modal yang tak ternilai harganya.
Kemudian semua anggota tubuh itu kita fungsikan pula dengan sebaik-baiknya. Maka dengan modal berupa kesehatan jiwa dan raga yang baik dan digunakan untuk hal yang baik pula, kita siap menggapai apa yang diimpikan selama ini.
.
![Dok. Semarkutigakom](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/01/img-20200201-100248-5e34ecf1d541df713819aa92.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI