Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indra Bersemangat Jadi Asisten Pelatih Timnas, Fakhri Merasa Dilecehkan

10 Januari 2020   13:40 Diperbarui: 10 Januari 2020   14:32 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fakhri Husaini (Tribun Jakarta/Wahyu Septiana)

Prestasi timnas senior kita, masih saja terpuruk. Tapi pencinta sepak bola nasional saat ini sepertinya tak sabar lagi, bersiap-siap menyongsong masa depan yang cerah.

Harapan itu muncul setelah PSSI mendatangkan pelatih timnas yang baru yang berasal dari Korea Selatan, Shin Tae Yong. Pelatih ini digadang-gadang mampu membawa timnas meraih masa kejayaannya.

Tapi tulisan ini tidak bermaksud membahas tentang sang pelatih kepala, namun para asisten lokalnya. Ada dua nama besar dalam kancah kepelatihan nasional yang diharapkan PSSI akan membantu Shin Tae Yong, namun keduanya punya sikap yang bertolak belakang.

Pertama adalah Indra Sjafri yang sebetulnya menyimpan hasrat besar untuk menjadi pelatih kepala timnas senior. Namun karena target medali emas SEA Games di Filipina yang baru usai Desember lalu gagal dipersembahkan timnas U-23 yang dilatih Indra, maka menjadi asisten pun Indra tidak merasa turun pangkat.

Kecintaan Indra pada timnas memang demikian tinggi. Tak heran jika ia rela melepas tawaran dari berbagai klub Liga 1, Liga 2, bahkan juga ada dari luar negeri.

Bila dibaca komentar Indra yang dimuat berbagai media massa, pelatih yang sukses membawa timnas U-19  menjuarai Piala AFF tahun 2013 dan U-22 juara di level yang sama tahun 2019, punya motivasi tinggi untuk menimba ilmu dari Shin Tae Yong.

Indra tak mempermasalahkan bila harus belajar pada pelatih yang usianya jauh lebih muda itu. Cita-cita Indra, kelak setelah kontrak Shin Tae Yong habis, ia yang akan mengambil alih kursi pelatih timnas senior.

Nah sekarang tentang Fakhri Husaini. Pelatih ini tak kalah dingin tangannya ketimbang Indra dalam melatih timnas usia remaja. 

Tahun lalu Fakhri sukses meloloskan Timnas U-19 maju ke putaran final level Asia yang akan berlangsung di Uzbekistan, setelah menjuarai babak penyisihan grup dengan mengandaskan tim yang lebih diunggulkan, Korea Utara.

Tim asuhan Fakhri itu diperkirakan juga akan menjadi pemain andalan timnas pada Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang yang dilaksanakan di Indonesia. 

Masalahnya, PSSI menghendaki Shin Tae Yong tidak hanya menangani timnas senior saja, tapi juga timnas U-19 dan U-23. Bahkan kemungkinan besar prioritas utamanya adalah timnas U-19 agar tidak memalukan saat tampil di Piala Dunia.

Otomatis peran Fakhri sebagai pelatih kepala timnas U-19 berakhir sudah. PSSI bukannya melupakan, tapi mengharapkan agar Fakhri bersedia menjadi asisten Shin Tae Yong. 

Tapi Fakhri merasa dilecehkan PSSI dengan tawaran tersebut. Berita tentang hal ini antara lain dimuat oleh bolasport.com (9/1/2020).

Soalnya Fakhri merasa ia bukan pelatih yang gagal. Sebelum meloloskan timnas U-19 yang disinggung di atas, tahun 2018 Fakhri bersama timnas U-16 sukses memboyong Piala AFF di kelompok usia tersebut.

Jelas bahwa harga diri sebagai seorang pelatih lokal yang lebih memahami karakter dan budaya pemain Indonesia, menjadi pertimbangan Fakhri dalam menolak tawaran PSSI.

Menarik mencermati bagaimana masyarakat sepak bola memberikan penilaian, apakah sikap Fakhri dianggap sombong dan sekaligus salut dengan sikap Indra yang kooperatif?

Tentu kita tidak bisa memandangnya secara hitam putih seperti itu. Motivasi seseorang dalam menyikapi kesempatan yang ada di depan mata, boleh saja berbeda.

Indra lebih mengedepankan kesempatan langka buat mencuri ilmu dari pelatih kelas dunia, tanpa peduli statusnya turun ke posisi pembantu.

Sedangkan Fakhri lebih mengedepankan soal kejelasan status yang di sana melekat wewenang dan tanggung jawab. Karena timnas U-19 berhasil digemblengnya menjadi tim yang tangguh, Fakhri tidak menerima kalau nantinya ia hanya sekadar pembantu.

Jadi, baik Indra maupun Fakhri, sama-sama patut dihargai keputusannya. Tak perlu yang satu dipuji dan yang satunya lagi dicaci.

Kita tunggu bagaimana PSSI menyikapi respon Fakhri. Memang secara tersirat PSSI masih menyangsikan kemampuan Fakhri, terlepas dari kesuksesannya sebelumnya, untuk bisa berprestasi di ajang Piala Dunia U-20.

Indonesia tentu ingin menuai sukses pada event sangat bersejarah itu, tidak saja sukses sebagai tuan rumah, tapi juga sukses dalam prestasi. 

Saat tulisan ini mau ditayangkan, ternyata PSSI baru saja mengumumkan struktur kepelatihan timnas di semua jenjang usia, seperti diberitakan oleh tribunnews.com (10/1/2019).

Indra Sjafri mendapat dua posisi, sebagai asisten dari Shin Tae Yong di timnas senior, sekaligus pelatih kepala di timnas U-23, yang salah seorang asistennya berasal dari Korea yang dibawa oleh Shin Tae Yong.

Sedangkan Fakhri Husaini terlempar dari timnas U-19. Pelatih kepala timnas U-19 dipercayakan kepada Gong Oh Kyun yang juga dibawa oleh Shin Tae Yong. 

Adapun untuk timnas U-16 seluruhnya ditangani pelatih lokal yang tetap dipimpin oleh pelatih kepala sejak tahun lalu, Bima Sakti. 

Apapaun juga keputusan sudah diambil, publik tinggal menunggu hasilnya, betulkah Indonesia bisa meningkatkan prestasi sepak bolanya. Ini juga sesuai dengan keinginan Presiden Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun