Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berlibur Akhir Tahun di Penang, Kota Warisan Budaya Dunia

4 Januari 2020   00:08 Diperbarui: 4 Januari 2020   10:13 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antre naik kereta kabel naik ke Bukit Bendera (dok pribadi)

Perjalanan kami berlanjut ke Jetty Clan, sebuah kampung terapung mirip yang saya temukan di Bontang, Kalimantan Timur. Jalannya berupa gang berlantai papan. Di kiri kanannya banyak penjual cenderamata yang sekaligus untuk memberdayakan masyarakat setempat yang rata-rata adalah pedagang kecil.

Objek wisata berbasis warga kampung seperti itu juga mulai marak di negara kita, seperti di Pantai Kenjeran Surabaya atau di Bontang yang telah saya singgung di atas.

Street Food di Penang (dok pribadi)
Street Food di Penang (dok pribadi)
Tak jauh dari Jetty Clan, ada lagi kawasan yang ramai dikunjungi turis yakni Street Art. Sepanjang sisi kiri dan kanan jalan dipenuhi toko-toko dengan corak bangunan kawasan pecinan tempo dulu. 

Di sini banyak terlihat hiasan mural dan ornamen yang menjadi spot untuk berfoto. Sebuah spot dengan latar belakang sepeda ontel menjadi favorit para turis.

Sepeda memang menjadi ikon pariwisata Penang. Mungkin dulunya Penang identik dengan kota sepeda, mirip Yogyakarta era jadul. Berbagai art shop dan  galeri lukisan terdapat di sini.

Jetty Clan (dok pribadi)
Jetty Clan (dok pribadi)
Penjual makanan di pinggir jalan juga gampang ditemukan di Penang, ada yang memakai truk kecil, ada yang memakai tenda. Tapi harga  makanan lebih mahal ketimbang di Indonesia. 

Saya minim es cendol di pinggir jalan, satu gelas dihargai 4 ringgit, atau sekitar Rp 15.000. Kalau di pinggir jalan di Jakarta dengan rasa yang lebih enak, hanya Rp 5.000. 

Perjalanan saya berlanjut menyusuri kawasan kota yang modern di Gurney. Sekadar ingin tahu saja, saya masuk ke mal terbaik di Penang, Gurney Plaza. Tapi soal mal, kita tidak kalah megah dengan Malaysia.

Ada yang menarik, bioskop  atau pawagam menurut istilah Malaysia, di plaza tersebut, salah satu layarnya menayangkan film Indonesia, Gundala. Memang film, sinetron dan musik Indonesia diterima dengan baik oleh publik Malaysia.

Spot foto di Jetty Clan (dok pribadi)
Spot foto di Jetty Clan (dok pribadi)
Banyak kedai serbaneka (minimarket) yang buka 24 jam di pusat kota. Saya yang ingin membeli buah-buahan masuk ke beberapa kedai serbaneka. Ternyata di sana tidak menjual buah segar. 

Namun saya melihat banyak juga produk mie dan biskuit yang diimpor dari Indonesia. Artinya produk kita sudah mampu bersaing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun