Belum lama ini, dalam perjalanan dari Payakumbuh ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM) selama sekitar 3 jam dengan jarak tempuh sekitar 100 km, mata saya disuguhi pemandangan semaraknya iklan para bakal calon (balon) gubernur yang berkemungkinan akan maju bertarung pada pilkada Sumbar tahun 2020 ini.
Kenapa disebut balon? Karena belum tentu semua figur yang posternya banyak bertebaran akan betul-betul jadi calon gubernur. Tentu sangat tergantung juga dengan pendapat Dewan Pimpinan Pusat masing-masing partai politik tentang siapa yang kelak akan resmi diusung.
Memang ada jalur lain, yakni lewat jalur independen. Namun cara seperti ini sangat tidak gampang, harus mengumpulkan sekian banyak foto kopi KTP sebagai bukti dukungan masyarakat.
Dari penglihatan saya, poster yang memasang foto Mulyadi, anggota DPR-RI dari Partai Demokrat, merupakan yang paling banyak. Tentu ia juga paling royal, karena pasti menghabiskan biaya yang lumayan.Â
Reza Falepi, Wali Kota Payakumbuh yang juga kader PKS, cukup banyak pula posternya tapi dalam ukuran lebih kecil ketimbang poster Mulyadi.
Nevi Zuariana, istri gubernur Sumbar yang juga anggota DPR-RI dari Fraksi PKS, memasang poster besar, tapi jumlahnya hanya beberapa saja.Â
Jika Nevi diusung PKS sebagai cagub dan menang dalam Pilgub, akan menjadi sejarah baru sebagai gubernur pertama yang menggantikan suaminya sendiri.
Perlu dicatat, sang suami yang juga kader PKS, Irwan Prayitno, telah dua periode menjabat gubernur Sumbar, sehingga tahun ini tidak boleh maju lagi dalam pilgub.
Tapi para pengamat politik lokal Sumbar, berpendapat bahwa kader PKS yang paling layak diusung adalah Mahyeldi Ansharullah, yang sekarang menjadi Wali Kota Padang untuk periode kedua.
Namun sangat sulit menemukan poster Mahyeldi, paling tidak di sepanjang jalan yang saya lewati. Justru ada figur non-partai, yang posternya bertebaran.
Figur dimaksud adalah Kapolda Sumbar, Irjenpol Fakhrizal. Tidak jelas apakah Fakhrizal akan maju dengan mencari kendaraan parpol tertentu atau dari jalur independen.