Bahkan tidak tertutup kemungkinan ada pula bursa kerja yang dibisniskan, contohnya dengan menarik bayaran bagi pencari kerja yang datang.
Tentu kalau ada yang seperti itu, bisa dinilai sebagai tindakan mengeksploitasi orang yang seharusnya malah dibantu.
Bagi para pencari kerja, kalau boleh memilih, tentu lebih menyukai cara online, karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi dan tidak capek mengantre. Cukup dilakukan dari rumah sepanjang punya jaringan internet.
Nantinya yang dipanggil untuk wawancara secara tatap muka hanya kandidat yang potensial saja. Umpamanya ada posisi yang lowong untuk 10 orang, perusahaan cukup memanggil 30 terbaik dari hasil seleksi online.
Namun kalau perusahaan tetap menginginkan bursa kerja dengan bertemu langsung karena ada unsur promosi yang meningkatkan citra perusahaan, tentu boleh-boleh saja.
Tapi sebaliknya panitia sudah bisa mengantisipasi membludaknya para pencari kerja. Carilah tempat yang representatif, yang kalau pun antreannya panjang, tersedia tenda pelindung yang luas.Â
Jalur antreannya harus ditata secara rapi yang diawasi oleh tenaga keamanan yang mencukupi. Siapakan pula tim kesehatan untuk berjaga-jaga bila ada yang pusing
Bila tak mampu melakukan in-person job fair yang nyaman bagi para pencari kerja, kenapa tidak pakai cara online saja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H