Namun Gibran tidak mungkin melangkah sejauh itu, maksudnya menemui Megawati, tanpa restu Jokowi. Meskipun memang yang terlihat di mata publik, Jokowi membiarkan anaknya berjuang secara mandiri.
Sulit menduga apa yang terpikir oleh Megawati ketika menerima Gibran. Bila Megawati belum yakin dengan kemampuan Gibran, jalan terbaik ya meminta Gibran untuk bersabar sambil belajar berpolitik dengan aktif pada kegiatan yang dilakukan DPC Solo.Â
Bila 5 tahun lagi Gibran sudah terlihat matang berpolitik, bukan tidak mungkin PDIP akan mengusungnya bertarung di pilkada Solo. Dengan meminta Gibran bersabar, kekompakan PDIP tetap terjaga, khususnya antara DPP dengan DPC Solo.
Presiden Jokowi tidak perlu merasa kecewa bila putranya belum direkomendasikan oleh DPP PDIP. Justru malah diuntungkan karena bebas dari kemungkinan conflict of interest. Nanti, setelah Jokowi tidak lagi menjabat sebagai Presiden, baru bisa secara aktif memperjuangkan Gibran.
Masalahnya jadi cukup pelik, bila Megawati menilai Gibran sudah saatnya bertarung di pilkada. Mungkin karena merasa sekarang perlu sentuhan generasi milenial dalam mempercepat pembangunan di Solo.
Sulit membayangkan warga Solo, terutama pemilih setia PDIP, akan kompak mendukung Gibran. Diduga akan muncul keterbelahan. Bahkan ada potensi konflik antar sesama kader PDIP yang bisa melebar antar sesama simpatisan PDIP.
Bisa saja sebagai bentuk protes terselubung, pihak DPC PDIP Solo tidak akan berkampanye memenangkan Gibran. Tidak lucu kalau tim kampanye Gibran banyak diisi oleh tokoh-tokoh PDIP level nasional. Bukankah itu bukti komunikasi politik yang tersumbat karena DPP memaksakan kehendak?
Apa jadinya bila pilkada Solo membuat sejarah dengan kekalahan perdana calon dari PDIP? Ini bukan tidak mungkin kalau partai pesaing mampu mengkapitalisasi konflik internal di PDIP sekiranya tetap ngotot memasang Gibran.
Jelaslah bahwa solusi terbaik adalah meminta Gibran bersabar, belajar berkomunikasi dari bawah, rajin berdiskusi dengan DPC Solo. Lima tahun lagi baru take-off.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H