Semula tak tampak tanda-tanda anak sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, tertarik memasuki dunia politik. Bisnisnya membuka usaha kuliner, lumayan berkembang dengan jumlah gerai yang selalu bertambah dan tersebar di beberapa kota.
Namun tiba-tiba Gibran menyadari potensinya untuk terpilih jadi Wali Kota Solo, ketika hasil survei yang dilakukan Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi, sebuah perguruan tinggi swasta di Solo, menempatkan Gibran pada peringkat kedua dari sisi akseptabilitas, di bawah Wakil Wali Kota Solo saat ini, Achmad Purnomo.
Hebatnya, dari sisi popularitas, Gibran sama-sama di peringkat pertama bersama Achmad Purnomo, dengan perolehan 90 persen. Achmad Purnomo adalah calon resmi yang diusung DPC PDIP Solo berpasangan dengan Teguh Prakosa, mantan Ketua DPRD Solo.
Masalahnya, meskipun Gibran sudah sowan ke Ketua DPC PDIP Solo yang juga Wali Kota Solo saat ini, FX Hadi Rudyatmo, keputusan DPC sudah final, calon yang sudah diusung tak bisa diubah lagi. Gibran dipersilakan untuk belajar politik dulu.
Peliknya, Gibran masih ngotot ingin bertarung memperebutkan kursi Wali Kota Solo tahun depan. Gibran tidak terpikir untuk maju dari jalur partai lain atau dari jalur independen.
Gibran tahu PDIP sangat berakar kuat di Solo, sehingga siapapun yang diusung PDIP, bisa diprediksi akan menang. Wajar kalau Gibran tetap ingin maju lewat PDIP.
Maka bila Gibran kemudian mencoba peruntungannya dengan menemui langsung Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, tentu sangat bisa dipahami.Â
Siapa tahu kalau DPP PDIP lebih yakin kepada Gibran ketimbang Achmad Purnomo, maka kursi Wali Kota Solo sudah di depan mata Gibran.
Tapi segampang itukah DPP menganulir keputusan DPC? Meskipun secara organisasi sah-sah saja, bila ingin solid sampai ke bawah, keputusan DPC harus dihargai dan diakomodir.
Apalagi FX Hadi Rudyatmo dalam pernyataan yang sempat diberitakan salah satu stasiun televisi, terkesan dengan tegas menutup pintu bagi Gibran. Bila DPP ikut campur, Hadi bisa-bisa mengambil tindakan yang tidak diduga oleh DPP.