Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gojek Enggan Melantai di Bursa Saham, Belum Siap Transparan?

1 November 2019   13:30 Diperbarui: 1 November 2019   13:32 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hoesen (dok. kompas.com)

Hoesen, Kepala Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Pengawasan Pasar Modal, menilai perusahaan pengelola aplikasi Gojek belum siap untuk transparan karena menyangkut rahasia bisnis agar tidak gampang ditiru orang lain.

Makanya OJK enggan melanjutkan upaya mendorong PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (nama resmi perusahaan pengelola Gojek) untuk go public dengan menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pernyataan Hoesen di atas dapat dilacak pada banyak pemberitaan di media massa, salah satunya dari laman indopremier.com (27/10/2019). Memang Hoesen mendapat informasi dari Menkominfo terdahulu, Rudiantara, bahwa Gojek punya rencana untuk melakukan Initial Public Offering (IPO), atau penawaran perdana saham ke publik.

"Itu kan baru rencana. Sekarang beliau Nadiem Makarim menjadi menteri. Mesti ditanya lagi. Jadi atau nggak untuk IPO?", ujar Hoesen lebih lanjut.  Saat ini OJK tidak tahu dan belum pernah berbicara sejauh itu dengan Gojek.

Memang bagi kalangan akuntan, terlepas dari tudingan kurang transparan di atas, perusahaan rintisan yang sudah berkelas unicorn seperti Gojek, menjadi tantangan tersendiri untuk dapat menghitung asetnya secara tepat.

Masalahnya, aset fisik yang gampang diukur dalam satuan mata uang, baik dalam rupiah atau mata uang asing tertentu,  di perusahaan tersebut relatif tidak begitu besar.

Mungkin ada jutaan kendaraan, roda dua dan roda empat, yang menjadi mitra Gojek. Tapi semuanya bukan aset milik perusahaan, namun milik masing-masing mitranya yang biasanya sekaligus juga pengemudi.

Aset Gojek yang dinilai mahal adalah yang bersifat non fisik atau intangible assets berupa aplikasi yang selalu dikembangkan dan berhasil menjaring puluhan juta pelanggan yang menggunakan aplikasi tersebut.

Big data yang terhimpun dari aktivitas pelanggan juga amat mahal nilainya. Tapi bagaimana menghitungnya masih menjadi perdebatan dan belum ada pada buku teks yang diajarkan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi.

Namun para investor kelas kakap berani menaruh uangnya sampai triliunan rupiah di perusahaan unicorn. Tentu mereka tidak ingin berjudi dan telah melakukan due dilligence sebelum berinvestasi.

Nah, dihubungkan dengan pernyataan Hoesen di atas, kalau memang ada rahasia bisnis yang ingin ditutupi oleh Gojek, masih menjadi tanda tanya di bagian mana? 

Apakah pada rumus-rumus yang tersusun menjadi aplikasi? Apakah pada sistem pricing-nya, mengingat sering terjadi perang harga melawan perusahaan pesaing? Atau apakah pada big data-nya?

Bisa pula manajemen belum siap kalau data keuntungannya dibuka. Data ini mungkin bagus bagi investor atau calon investor. Namun kurang bagus bagi jutaan mitranya.

Seperti yang banyak diberitakan media massa, saat bos Gojek Nadiem Makarim akan dilantik menjadi Mendikbud, para pengemudi Gojek bukannya gembira, malah mengancam akan melakukan aksi demonstrasi.

Intinya mitra Gojek menolak Nadiem jadi menteri karena Nadiem belum berhasil menyejahterakan para mitranya. Mereka yang berjuang di lapangan mengantarkan para pelanggan Gojek ini bahkan tidak peduli dengan nilai perusahaan yang triliunan rupiah, kalau nasib mitranya belum ada perbaikan.

Tapi entah apa "mantra" yang dibaca Nadiem, kenyataannya pelantikan Nadiem tak ada gangguan apa-apa. Aksi massa dari mitra Gojek tidak terdengar dan sepertinya tidak jadi dilakukan.

Bagaimanapun juga, bila suatu perusahaan sudah sedemikian besar, prinsip dasar dalam good corporate governance (GCG) harus diterapkan. Transparansi atau keterbukaan adalah salah satu prinsip GCG, selain akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran (fairness)

Agar perusahaan bisa transparan, menjadikannya sebagai perusahaan publik yang melantai di bursa saham, adalah cara terbaik. Ibaratnya, dari laporan tahunan perusahaan yang dipertanggungjawabkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pihak manajemen harus siap "ditelanjangi", karena pemegang saham berhak "mengulitinya".

Dengan punya 1 lot atau 100 lembar saham saja, seseorang telah berhak menyandang predikat pemegang saham, sekaligus berhak hadir dan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan perusahaan di forum RUPS.

Kalau melihat harga saham dari banyak perusahaan yang melantai di BEI, mayoritas diperdagangkan di kisaran Rp 1.000 sampai Rp 10.000 per lembar. Jadi, dengan uang Rp 1 juta, seseorang sudah bisa punya saham, tak perlu menunggu kaya.

Maka untuk Gojek, kalaupun saat ini memang masih enggan untuk IPO seperti yang diperkirakan Hoesen, diharapkan dalam beberapa tahun mendatang tetap perlu dilakukan.

Perusahaan yang hebat tak perlu takut membuka rahasia bisnisnya, karena begitu pesaing meniru, mereka telah mempersiapkan lagi rumusan baru yang lebih hebat.

Bila Gojek melakukan IPO, di samping menyasar masyarakat umum, ada baiknya para pengemudi mitranya juga diberi kesempatan memiliki saham, meskipun hanya satu atau beberapa lot saja.

Justru dengan menjadi pemegang saham, mitra Gojek akan lebih bersemangat karena serasa bekerja di perusahaan sendiri dan tidak ada hal yang ditutup-tutupi oleh manajemen.

Dengan go public, manfaat dari keberadaan sebuah perusahaan akan dinikmati oleh banyak pihak. Masyarakat yang punya saham akan mendapatkan dividen dari laba perusahaan, pemerintah juga mendapat bagian dari pajak yang dibayarkan perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun