Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Terpentalnya Rini Soemarno, Mampukah Erick Thohir Mendirikan Super Holding BUMN?

29 Oktober 2019   07:10 Diperbarui: 29 Oktober 2019   07:27 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erick Thohir (dok Antara Foto)

Lima tahun sudah Rini Soemarno menakhodai Kementerian BUMN, yakni selama masa pengabdian Kabinet Kerja pada periode pertama kepemimpinan Presiden Jokowi.

Selama lima tahun tersebut terjadi beberapa kali pergeseran di kabinet, namun Rini Soemarno yang diisukan  akan digeser, ternyata termasuk orang kuat  karena kokoh di posisi strategis itu.

Bukti yang tak terbantahkan bahwa Rini adalah orang kuat adalah ketika mendekati hari-hari terakhirnya bertugas. Meskipun ada instruksi Presiden Jokowi untuk tidak mengganti pengurus BUMN, sejumlah BUMN tetap menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) dalam rangka pergantian direksi dan komisaris.

Direktur Utama BRI Suprajarto dimutasi menjadi Direktur Utama BTN. Namun Suprajarto mengundurkan diri tanpa sempat duduk di kursinya yang baru barang sedetik pun. Alhasil sampai sekarang kursi Direktur Utama BTN masih lowong. 

Tapi "kesaktian" Rini Soemarno pupus karena akhirnya terpental juga saat pergantian kabinet. Walaupun saat penyusunan kabinet baru namanya diisukan media massa masih masuk,  Kementerian BUMN ternyata dipercayakan Presiden Jokowi kepada Erick Thohir. 

Tentu Erick perlu segera menggelar RUPS-LB di BTN, agar bank yang dominan dalam pembiayaan perumahan itu punya pemimpin yang definitif. Kemudian Bank Mandiri juga perlu melakukan RUPS-LB, mengingat Direktur Utamanya, Kartiko Wirjoatmodjo, terpilih menjadi Wakil Menteri BUMN. Demikian juga di Inalum, Budi Gunadi Sadikin, yang menjadi Direktur Utama, juga ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Wakil Menteri BUMN.

Jadi, Kementerian BUMN punya keistimewaan karena satu-satunya kementerian yang punya dua wakil menteri. Harusnya Erick Thohir terbantu dalam melakukan programnya.

Karena dua orang wakil Erick Thohir sama-sama berasal dari Bank Mandiri (Budi Gunadi Sadikin adalah Direktur Utama Mandiri sebelum diganti oleh Kartika Wirjoatmodjo), apakah nantinya bankir dari bank pelat merah itu akan mendominasi RUPS-LB penggantian pengurus beberapa BUMN di atas?

Kalau memang begitu sebetulnya tidak masalah, sepanjang yang terpilih memang punya kompetensi yang memadai, bukan karena faktor orang Bank Mandiri.

Namun tugas yang paling strategis bagi Erick Thohir adalah menuntaskan apa yang telah dirintis Rini Soemarno yang belum sempat terealisasikan, yakni pendirian Super Holding BUMN (selanjutnya ditulis SH BUMN).

SH BUMN tersebut merupakan salah satu janji kampanye pasangan Jokowi-Ma'ruf yang disampaikan saat depat capres yang disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi, 13 April 2019 lalu.

Bila Erick berhasil mewujudkan janji kampanye itu, sekaligus berarti Erick menjadi Menteri BUMN yang terakhir, karena fungsi kementerian yang dipimpinnya akan diambil alih oleh SH BUMN.

Apa bedanya Kementerian BUMN dengan SH BUMN? Personil kementerian tunduk pada ketentuan yang mengatur aparatur sipil negara (ASN), sehingga terkesan lebih birokratis, dan tentu juga ada pengaruh faktor politisnya.

Sedangkan SH BUMN tunduk pada ketentuan yang mengatur perusahaan secara umum, seperti ketentuan hukum yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas (PT), dan pendekatan yang dipakai sepenuhnya atau sebahagian besar merupakan pertimbangan bisnis.

Di negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura, telah berhasil mengangkat BUMN mereka menjadi pemain kelas dunia. SH BUMN di Malaysia dinamakan Khazanah National Berhad, dan yang di Singapura disebut Temasek Holdings.

Nantinya SH BUMN akan membawahi holding per sektor bisnis, kemudian masing-masing holding sektor membawahi beberapa perusahaan. 

Rini Soemarno telah berhasil mewujudkan beberapa holding sektoral, tinggal Erick Thohir menuntaskannya dengan membentuk SH BUMN, di samping mendirikan holding sektoral untuk beberapa sektor lainnya yang masih tersisa.

Adapun holding sektoral yang sudah terbentuk adalah Holding Semen dengan Semen Indonesia sebagai induk perusahaan, dan anak perusahaannya terdiri dari Semen Padang, Semen Gresik dan Semen Tonasa.

Kemudian ada Holding Pupuk, dengan induknya Pupuk Indonesia. Sejumlah perusahaan menjadi anak perusahaannya antara lain Pupuk Sriwijaya, Pupuk Kujang, Petrokimia Gresik dan Pupuk Kaltim.

Berikutnya Perhutani menjadi induk dari Holding Kehutanan, Perkebunan Nusantara menjadi induk Holding Perkebunan dan Pertamina menjadi induk Holding Migas.

Terakhir yang menjadi prestasi Rini Soemarno dan jajarannya adalah membentuk Inalum menjadi Holding Pertambangan dengan tiga anak perusahaan yakni Aneka Tambang, Timah, dan Freeport Indonesia.

Terlepas dari polemik tentang Freeport, pemerintah akhirnya berhasil menguasai 51 persen saham perusahaan tambang yang sebelumnya dikuasai Freport Mc Moran asal Amerika Serikat, setelah negosiasi yang sangat panjang dan melelahkan.

Masih banyak holding sektoral yang masih belum terwujud, seperti di sektor perbankan (mayoritas aset BUMN berada di 4 bank milik pemerintah, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN), sektor asuransi, sektor konstruksi, sektor transportasi, dan sebagainya.

Selain membentuk SH BUMN dan membentuk holding sektoral yang tersisa, Erick Thohir perlu memberi perhatian khusus pada dua BUMN, yakni Jiwasraya dan Garuda Indonesia.

Jiwasraya sekarang dalam kondisi kesulitan likuiditas yang parah sehingga klaim dari nasabah yang telah jatuh tempo, belum dapat dicairkan. Tentu saja nasabah Jiwasraya dilanda keresahan. 

Sedangkan Garuda Indonesia baru saja menghebohkan publik dengan "menyulap" laporan keuangannya tahun 2018 dari yang seharusnya merugi, tapi dilaporkan meraih untung. Karena ada dua komisaris Garuda yang menolak menandatangani laporan keuangan tersebut, kasus ini terkuak dan akhirnya direvisi. 

Perlu ditambahkan, kalaupun Erick berhasil mendirikan SH BUMN, kesuksesannya bukan saat mendirikan, namun diukur dari kinerja keuangan semua BUMN. Apakah terjadi kenaikan perolehan laba sehingga menyumbang lebih banyak dividen sebagai salah satu sumber penerimaan negara? Apakah tercipta sinergi yang lebih baik antar BUMN sehingga bisa bergerak lebih lincah?

Selamat bekerja Erick Thohir bersama dua wakil menteri dan seluruh jajarannya. Semoga dengan pengalaman bisnis di banyak perusahaan yang dimilikinya, Erick mampu membawa BUMN-BUMN menjadi perusahaan berkelas dunia, bukan jago kandang semata.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun