Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Bebas": Jangan Tenggelam dalam Asyiknya Reuni, Renungkan Kritik Sosialnya

8 Oktober 2019   17:13 Diperbarui: 8 Oktober 2019   17:23 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolaborasi Mira Lesmana dan Riri Riza, bagi saya seolah sudah jadi jaminan, bahwa saya perlu menonton film terbarunya. Judul yang pendek, "Bebas", namun sesungguhnya banyak hikmah yang bisa dipetik dari film ini.

Kesuksesan Mira dan Riri dalam memproduksi film Ada Apa dengan Cinta 1 dan 2, juga Laskar Pelangi, sekadar menyebut beberapa contoh yang teringat secara spontan, membuat saya antusias.

Meskipun disebutkan bahwa film ini diadaptasi dari film Korea berjudul "Sunny", yang telah sukses diadaptasi oleh produsen film Amerika Serikat, Jepang dan Vietnam, bagi saya yang tidak menonton film aslinya itu, merasa "Bebas" adalah sepenuhnya sangat Indonesia. Khususnya remaja Jakarta di tahun 1995-1996 dan ketika mereka berusia di awal 40-an tahun saat ini.

Karena SMA saya tidak di ibu kota, hanya di sebuah kota kabupaten di Sumatera Barat, dan sekitar 15 tahun lebih dulu ketimbang kisah "Bebas", jelas film tersebut tidak bisa mewakili pengalaman saya. 

Tapi ada sedikit kemiripan bahwa ternyata praktik bullying di sekolah dan kenakalan remaja adalah masalah universal sejak dulu, baik di kota besar maupun kota kecil.

Yang jelas, demam reuni yang sangat ngetren sejak maraknya media sosial, juga menulari saya, dan menonton film "Bebas" paling asyik sambil reuni dengan teman sekolah.

Ternyata "Bebas" tersebut adalah nama geng 6 orang anak SMA, terdiri dari 5 cewek dan 1 cowok. Tak usah heran adanya cowok yang masuk geng cewek. Di era saya sekolah puluhan tahun lalu pun ada cowok yang kemayu yang di Padang saat itu disebut dengan BG alias Bujang Gadis.

Nama geng tersebut uniknya diberikan oleh penyiar radio, ketika para anggotanya meminta sang penyiar memutarkan lagu pesanannya. Nama geng itu menggambarkan keinginan mereka yang ingin bebas menentukan masa depannya.

Dan lagu yang diminta mereka adalah lagu yang hits waktu itu, judul lagunya juga "Bebas" yang dibawakan rapper Iwa K. Selain itu, ada sejumlah lagu ngetop di dekade 90-an yang menghiasi film ini. 

Dua puluh tiga tahun setelah mereka berpisah ketika menyelesaikan SMA-nya, mereka berkumpul lagi. Tapi masing-masing terlihat tidak bebas dari masalah kehidupan.

Di antara enam orang yang dulu satu geng itu, tampaknya Vina (diperankan Marsha Timothy) yang hidupnya mapan, padahal di SMA, sebagai anak pindahan dari Sumedang ke Jakarta, ia yang paling sering di-bully karena keluguannya. Vina juga mengalami pelecehan seksual dari cowok teman sekelasnya yang bukan anggota geng.

Jelaslah betapa masalah bullying, berantem antar geng, pelecehan seksual, masih saja terjadi, dari dulu hingga kini. Ini tergambar jelas di film ini, dialami oleh Vina dan juga sekarang dialami anak perempuan Vina. Fenomena ini keliru kalau hanya dianggap sekadar bunga-bunga saja. Justru ini kritik sosial yang belum ketemu solusinya yang mengancam dunia pendidikan kita.

Saat ibunya Vina dirawat di sebuah rumah sakit, Vina secara tidak sengaja mengetahui bahwa Kris (diperankan Susan Bachtiar), teman gengnya dulu tengah dirawat pula di sana dengan penyakit yang menurut dokter ajalnya diperkirakan tinggal dua bulan lagi.

Atas permintaan Kris, Vina menjadi jangkar dalam mengumpulkan seluruh anggota geng "Bebas".  Maka dengan berbagai cara akhirnya Vina bertemu dengan Jessica (Indy Barends), dulu anggota geng yang paling sering berdandan di kelas karena bercita-cita menjadi model. Kelak, ia menjadi seorang agen asuransi yang gigih karena selalu dikejar target setoran oleh bosnya.

Setelah itu Vina dan Jessica bertemu pula dengan Jojo (Baim Wong), lelaki kemayu yang hidup mapan dari perusahaan milik keluarga, namun masih bujangan. Kemudian bertemu dengan Gina (Widi Mulia), yang hidup prihatin, mengontrak rumah di gang sempit.

Tapi Gina ternyata berhati mulia. Penghasilannya dari berdagang kue tidak cukup untuk membayar kontrak rumah, sehingga ia diancam diusir oleh pemilik rumah. Eh, malah Gina masih sempat-sempatnya menitipkan amplop buat Kris melalui Vina dan Jojo yang bertandang ke rumah kontrakan Gina.

Satu-satunya anggota geng Bebas yang tidak ketemu sampai akhirnya Kris dijemput ajal adalah Suci, yang saat sekolah dulu pernah benci banget pada Vina.

Meski terkesan sebagi film yang ringan, masalah politik sempat muncul sekelabat dari pembicaraan kakak laki-laki Vina, seorang aktivis kampus. Juga ada tempat nongkrong anak muda di tempat penjual nasi goreng kaki lima yang diintai intel. Memang begitulah pengekangan politik sebelum ditumbangkan oleh era reformasi, di mana sejumlah media cetak dibredel.

Ada pula hal sepele, tapi jadi adegan pembuka yang baik, yang sekaligus jeli menggambarkan rasa "kosong" Vina sebagai istri dari seorang suami yang kaya dan ibu dari seorang anak gadis yang sudah di bangku SMA.

Vina sudah bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Tapi sang suami dan anak seolah kompak terburu-buru berangkat, masing-masing ke kantor dan ke sekolah, tanpa sarapan. 

Kalau ada yang mengganjal di film ini adalah wajah Vina saat SMA yang diperankan Maizura tidak klop dengan versi dewasa yang diperankan Marsha Timothy. Betul bahwa usia akan mengubah fisik seseorang, tapi tetap kelihatan jejaknya. Tapi mungkin memang sulit mencari yang pas.

Kesimpulannya, "Bebas"adalah film yang mengasyikkan. Namun penonton jangan terpaku pada aspek hiburan semata, kritik sosial yang membungkusnya perlu direnungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun