Selesai acara utama, saya punya waktu dari siang sampai sore untuk mengetahui lebih jauh seperti apa kondisi kota Pekanbaru secara langsung. Demi amannya, saya dinasehati kerabat saya untuk tetap pakai masker, meskipun lagi dalam mobil.
Saya mencari tempat makan siang di sekitar Jalan Kaharudin Nasution. Ada warung nasi Padang yang murah meriah di sana. Eh, pas turun mobil, saya mulai merasa kurang enak di dada, kayak terhirup debu.
Untung saja makan siang saya lumayan lahap. Sedikit banyak rasa tidak enak di dada mulai berkurang. Setelah makan, saya mencari masjid untuk menunaikan salat zuhur yang dijamak sekaligus dengan salat asar.
Saya sengaja salat di masjid yang bagus dan megah. Namanya Masjid Jami' Abu Ad Darda, yang terintegrasi dengan pesantren modern. Bangunan asrama dan ruang kelas terlihat rapi. Sayang, kabut di sini tebal sekali.
Seusai salat, sekarang waktunya jalan-jalan. Kebetulan walaupun saya sudah beberapa kali ke Pekanbaru, saya belum pernah ke danau buatan, obyek wisata keluarga yang kata kerabat saya, biasanya ramai setiap hari libur.
Saya sengaja melewati Jembatan Siak IV, jembatan terbaru dengan tampilan yang ikonik. Sayangnya tidak ada tempat berhenti untuk sekadar berfoto. Akhirnya saya harus puas menjepret dari balik kaca mobil.
Sesampai di danau, yang saya lihat adalah danau yang sepi, sampan yang tertambat tak ada penyewa dan warung minuman yang tak ada pembeli. Betapa pendeknya jarak pandang, karena tak terlihat bukit di seberang danau.
Saya juga baru menyadari sejak pagi sampai sesiang ini sekitar jam 14.00, Pekanbaru belum disinari matahari. Habis dari danau, saya melanjutkan perjalanan ke Taman Bunga Okura, objek wisata yang belum satu tahun dibuka.