Dari awal saya sudah menduga Indonesia bakal kalah dari Thailand meskipun kita menjadi tuan rumah di stadion bersejarah, Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Selasa (10/9/2019) kemarin. Tapi jujur saya tidak menyangka akan kalah setelak itu, 0-3.Â
Makanya saya justru lebih tertarik melihat tingkah suporter timnas. Apakah mereka akan bikin onar lagi? Tadinya saya mengira FIFA akan cepat menjatuhkan hukuman atas kegagalan PSSI menjadi tuan rumah yang baik karena terjadinya tindakan anarkis dari oknum suporter kita terhadap suporter Malaysia di GBK 5 hari sebelumnya.
Rupanya FIFA tak ingin gegabah, mungkin mereka sedang mengumpulkan data selengkap mungkin, tidak hanya membaca pengaduan dari pihak FAM (PSSI-nya Malaysia) saja. Padahal PSSI sudah pasrah apabila FIFA menginstruksikan laga Indonesia melawan Thailand digelar tanpa penonton.
Memang hanya sekitar 11.000 penonton yang hadir di GBK Selasa kemarin, terkesan kosong mengingat kapasitas GBK yang bisa menampung 80.000 orang. Saat berhadapan dengan Malaysia, diperkirakan dipenuhi sekitar 50.000 sampai 60.000 penonton, termasuk ratusan suporter Malaysia.
Syukurlah, terlepas dari kekalahan Indonesia, penyelenggaraan pertandingan berlangsung dengan baik. Salut untuk suporter Thailand yang ternyata tetap sengaja terbang ke Jakarta, tidak terpengaruh dengan berita kericuhan sebelumnya.
Dari pemberitaan di sejumlah media, suporter Thailand terlihat sangat nyaman dan mereka memuji kemegahan GBK yang dinilai lebih baik ketimbang stadion utama di Bangkok.
Kompas.com (10/9/2018) bahkan menulis tentang kemesraan antar suporter Indonesia dan Thailand, yang terlihat dari kegembiraan suporter Thailand saat menerima hadiah jersey dan syal dari suporter Indonesia.
Tak heran kalau ada suporter Thailand yang berkomentar bahwa suporter Indonesia adalah best friend mereka, seperti dilansir dari indosport.com (10/9/2019).
Apakah suporter kita sudah bertobat? Tampaknya bukan itu soalnya. Yang datang kemarin betul-betul suporter murni yang punya tujuan sekadar menonton aksi timnas sambil juga membuat atraksi bernyanyi bersama.
Lagipula kalau dilihat dari sejarahnya, kericuhan yang melibatkan sebagian suporter timnas selalu saat pertandingan melawan satu negara saja yang sudah kadung dianggap "musuh abadi", yakni negara serumpun Malaysia.
Sedangkan kericuhan lain yang juga sering terjadi hanya pada level pertandingan antar beberapa klub domestik yang terbilang rawan. Contohnya antar Persija Jakarta dengan Persib Bandung dan antar Persebaya Surabaya dengan Arema Malang.