Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pasar Baru Makin Pudar Dimakan Waktu

1 September 2019   17:02 Diperbarui: 1 September 2019   17:24 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu kurs dari pedagang valuta asing gelap itu lebih mahal bagi pembeli dolar atau lebih murah bagi penjual dolar, bila dibandingkan dengan menukar uang di money changer resmi.

Yang lagi ada pengunjung (dok pribadi)
Yang lagi ada pengunjung (dok pribadi)

Tujuan saya di samping cuci mata adalah mencari sepatu. Tapi berhubung saya belum salat zuhur, saya cari masjid dulu, yang ternyata tidak ada di sepanjang Pasar Baru.

Justru dari hasil celingak-celinguk, terlihat petunjuk adanya musala yang masuk ke sebuah gang. Gak tahunya itu adalah Gang Kelinci. Ini ada lagunya dari penyanyi top era 70-an, Lilis Suryani, yang memang lahir di gang tersebut.

Bakmi Gang Kelinci (dok pribadi)
Bakmi Gang Kelinci (dok pribadi)

Di gang ini ada restoran bakmi legendaris. Ke restoran inilah saya sekalian numpang salat  di musala yang ada di bagian belakangnya. Kalau tidak salah, Bakmi Gang Kelinci tidak membuka cabang di tempat lain. 

Tapi mungkin restoran ini sudah dikelola oleh generasi kedua atau ketiga. Tempatnya makin luas dan bagus, namun rasanya masih nendang yang saya coba ketika restorannya masih kecil sekitar 30 tahun lalu.

Lagi pula harganya relatif ikut standar di mal. Satu porsi bakmi dan segelas jeruk hangat terkena Rp 48.000. Namun restoran ini penuh, sangat kontras dengan toko-toko di Pasar Baru yang sepi pengunjung.

Gang senggol (dok pribadi)
Gang senggol (dok pribadi)

Kemudian saya juga tahu, selain Gang Kelinci, masih banyak gang yang lebih kecil lagi, yang pantas disebut gang senggol. Di sebuah mulut gang senggol saya numpang duduk di bangku penjual es podeng untuk mengambil foto.

Eh akhirnya saya tergoda juga mencicipi es podeng seharga Rp 10 ribu itu. Cukup enak sih. Nah  setelah itu baru saya  bergerak menjelajahi beberapa toko sepatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun