Dengan taman yang demikian asri, kelihatannya membuat karyawan di sana lebih bergairah, terutama di jam istirahat taman jadi tempat bersantai sambil ngobrol dengan teman dan menikmati kudapan.
Taman ini bersifat terbuka. Siapa saja, meskipun bukan nasabah, dan juga tak punya kepentingan apapun, tetap bisa masuk. Toh sekadar berfoto, lumayan asyik. Atau kalau punya uang bisa sambil makan di restoran yang ada di gedung parkir.
Satu hal yang perlu dicatat, taman tersebut bukanlah dibangun Pemprov DKI Jakarta, tapi sepenuhnya biaya bank pelat merah dimaksud.
Jadi, agar warga kota punya taman beserta ornamen yang artistik tidak harus menunggu pemerintah setempat berinisiatif dan punya dana.
Sekarang ini cukup banyak pihak swasta yang membangun taman, termasuk patung yang ikonik. Coba saja lihat di komplek perumahan kelas menengah ke atas atau di halaman mal, banyak yang dihiasi ornamen indah.
Bahkan taman yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat juga tidak sedikit. Itupun tidak hanya di kota besar tapi sampai ke desa-desa.
Jangan heran bila anda lagi melewati sebuah desa, lalu tergoda untuk singgah di taman bunga yang kelihatannya masih baru dibangun. Apalagi kalau taman itu juga punya beberapa ornamen yang sekaligus jadi anjungan tempat pengunjung berfoto.
Kesimpulannya, patut disyukuri bahwa baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat, sekarang sudah punya pemahaman yang sama dalam memandang pentingnya keberadaan taman kota atau taman desa.
Tinggal yang perlu ditingkatkan adalah membangun kesadaran semua pihak bahwa memelihara taman tersebut juga tak kalah pentingnya.