Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kawasan Semanggi Makin Berseri, Tapi Bukan Dibangun Pemprov DKI

30 Agustus 2019   13:21 Diperbarui: 30 Agustus 2019   13:25 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari Rabu (28/8/2019), saya ada keperluan ke kantor pusat sebuah bank milik negara di kawasan Semanggi, Jakarta Pusat.  Ketika bulan lalu saya ke bank yang sama, suasananya masih agak kacau balau.

Saya sebut kacau karena jalan masuk bagi kendaraan roda empat, roda dua, atau pejalan kaki, sedang disekat. Pokoknya kurang nyaman bagi pengunjung serta banyak debunya.

Hanya saja pengunjung bisa memaklumi karena di dinding penyekat tercantum tulisan besar berupa permohonan maaf. Soalnya lagi ada pembangunan area taman di halaman yang menghubungkan dua gedung utama dan juga satu gedung tambahan untuk fasilitas parkir sekaligus juga ada masjid dan restoran di gedung parkir tersebut.

Dok pribadi
Dok pribadi

Dan setelah sekat-sekat itu dibuka ternyata saya menjumpai pemandangan indah seperti yang ada di Garden by the Bay di Singapura, tentu dalam skala jauh lebih kecil.

Rancangan tamannya sangat kekinian. Ada dua kolam yang dilengkapi dengan air mancur yang menyembur tinggi. Ada banyak ornamen yang punya nilai artistik.  Tentu juga dihiasi dengan aneka pepohonan yang rindang dan bunga warna-warni yang menawan.

Dok pribadi
Dok pribadi

Dulu kalau lagi hujan, pengunjung yang hanya sekadar ingin ke gedung sebelah harus mencari pengojek payung. Sekarang sudah diberi atap yang banyak lekukannya seperti atap terminal Bandara Ngurah Rai, Bali.

Memang kebutuhan dari mereka yang bekerja di bank tersebut dan juga nasabahnya untuk bergerak dari satu gedung ke gedung di sebelahnya, tergolong tinggi. Hal ini karena kedua gedung itu masih milik bank BUMN itu. 

Beberapa divisi dan juga direksi serta komisaris berada di gedung satu. Sedangkan beberapa divisi lain dan kantor cabang berada di gedung dua. Namun gedung dua yang lebih jangkung itu sebagian disewa pihak lain.

Dok pribadi
Dok pribadi

Dengan taman yang demikian asri, kelihatannya membuat karyawan di sana lebih bergairah, terutama di jam istirahat taman jadi tempat bersantai sambil ngobrol dengan teman dan menikmati kudapan.

Taman ini bersifat terbuka. Siapa saja, meskipun bukan nasabah, dan juga tak punya kepentingan apapun, tetap bisa masuk. Toh sekadar berfoto, lumayan asyik. Atau kalau punya uang bisa sambil makan di restoran yang ada di gedung parkir.

Satu hal yang perlu dicatat, taman tersebut bukanlah dibangun Pemprov DKI Jakarta, tapi sepenuhnya biaya bank pelat merah dimaksud.

Jadi, agar warga kota punya taman beserta ornamen yang artistik tidak harus menunggu pemerintah setempat berinisiatif dan punya dana.

Sekarang ini cukup banyak pihak swasta yang membangun taman, termasuk patung yang ikonik. Coba saja lihat di komplek perumahan kelas menengah ke atas atau di halaman mal, banyak yang dihiasi ornamen indah.

Dok pribadi
Dok pribadi

Bahkan taman yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat juga tidak sedikit. Itupun tidak hanya di kota besar tapi sampai ke desa-desa.

Jangan heran bila anda lagi melewati sebuah desa, lalu tergoda untuk singgah di taman bunga yang kelihatannya masih baru dibangun. Apalagi kalau taman itu juga punya beberapa ornamen yang sekaligus jadi anjungan tempat pengunjung berfoto.

Kesimpulannya, patut disyukuri bahwa baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat, sekarang sudah punya pemahaman yang sama dalam memandang pentingnya keberadaan taman kota atau taman desa.

Tinggal yang perlu ditingkatkan adalah membangun kesadaran semua pihak bahwa memelihara taman tersebut juga tak kalah pentingnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun