Seberapa sering anda mendengar lagu yang enak di dengar dari radio yang sengaja anda hidupkan untuk membunuh waktu selagi terjebak kemacetan di jalanan ibu kota?
Ketika kebetulan diputar lagu baru berbahasa Inggris, setidaknya baru buat telinga anda, apakah dalam hati anda langsung menebak bahwa itu mungkin lagu terbaru dari penyanyi top di Amerika Serikat atau Eropa? Soalnya liriknya diucapkan secara fasih. Apalagi iramanya mirip dengan lagu-lagu barat yang lagi ngetrend.
Eh, gak taunya setelah lagunya habis, penyiar radio menyampaikan bahwa yang barusan diputar adalah lagu Indonesia. Disebut lagu Indonesia karena diciptakan dan dinyanyikan oleh artis Indonesia, demikian juga tempat merekam dan memasarkannya.Â
Kecewakah anda karena ternyata "hanya" musisi Indonesia yang membuat lagu hebat tersebut? Atau anda justru bangga bahwa musisi Indonesia semakin kreatif dan selera bermusiknya sudah berkelas internasional.
Memang obsesi banyak artis papan atas di negara kita adalah bagaimana caranya agar mendunia. Ada yang merasa perlu hijarah ke Perancis seperti Anggun C Sasmi atau ke Amerika seperti Agnez Mo.
Tapi sekarang tidak harus hijrah seperti itu. Toh dengan komunikasi dan teknologi yang kian canggih, proses mendunia bisa dilakukan dari Indonesia. Bahkan tak harus dari Jakarta, dari pelosok desa pun oke, sepanjang ada jaringan internet yang lancar, bisa dilakukan.
Maka tanpa banyak diungkap oleh media arus utama, sudah banyak artis Indonesia yang dikenal secara lintas negara melalui dunia maya. Rich Brian, Dipha Barus, Sheryl Sheinafia, adalah beberapa nama sebagai contoh.Â
Lagu-lagu yang mereka buat kebanyakan dalam bahasa Inggris. Hal inilah yang ikut mendukung dalam memudahkan pendengar atau penonton dari luar negeri untuk memahami lagunya.
Nah, sekiranya mereka menyanyikan dalam lirik berbahasa Indonesia apakah gak bakal mendunia? Belum tentu juga. Bila lagunya enak didengar meski pendengarnya gak tahu artinya, bakal tetap laku.Â
Itulah yang terjadi dengan lagu Despacito. Orang di manapun akan bergoyang mendengar iramanya yang menggoda. Padahal liriknya sendiri punya arti negatif karena berbau porno dan melecehkan wanita.
Pada zaman dulu, Gesang dengan lagu yang full berbahasa Indonesia seperti Bengawan Solo, buktinya disukai di luar negeri, terutama di Jepang.