Namun karena sudah lama itu pula, terlihat banyak aktivitas yang dilakukan pengurusnya seperti terpampang pada foto-foto dan laporan keuangan masjid yang ada di papan informasi.
Baik An-Nur maupun Nurul Ilmi punya lapangan parkir yang luas sehingga betul-betul pas bagi pengendara yang ingin berhenti sejenak sekalian menunaikan ibadah. Ibarat pepatah "ada gula ada semut", maka di hari libur bermunculan para pedagang makanan dan minuman di halaman kedua masjid tersebut.
Namun biasanya masjid tersebut tidak stand alone seperti yang saya contohkan, karena menajadi bagian dari rest area dan menyatu dengan tempat pengisian bahan bakar, mini market dan tempat makan.Â
Justru masjid seperti itu, mohon maaf, bisa saja diragukan "keikhlasan" niatnya saat dibangun. Siapa tahu, jangan-jangan niatnya tercampur dengan strategi bisnis, agar omzetnya melonjak.
Terlepas dari soal niat karena hanya pribadi yang bersangkutan dan Tuhan yang tahu, fenomena membangun masjid yang menawan di daerah perlintasan, sekarang kian berkembang menjadi objek wisata. Wajar kalau masyarakat menyambutnya dengan antusias.