Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akibat Lobi-lobi Politik, Sri Mulyani Bakal Tersingkir?

8 Agustus 2019   10:59 Diperbarui: 8 Agustus 2019   11:03 1933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang meragukan kemampuan Sri Mulyani dalam menakhodai Kementerian Keuangan. Prestasinya tidak hanya diakui di level nasional, namun juga di pentas internasional. Banyak sudah penghargaan dari luar negeri yang disabetnya. 

Tapi tentu bukan penghargaan itu yang terpenting. Bagaimana mengawal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa tersusun dengan optimal dan terealisir secara efektif, itulah yang terutama. 

Keketannya dalam mengawal APBN tampaknya kurang begitu disukai oleh para politisi. Ia pun seperti sengaja menjaga jarak dengan partai manapun, bahkan termasuk dengan partai penguasa. Jelas maksudnya agar tetap mampu bersikap profesional.

Kiprahnya sebagai menteri sudah lumayan panjang. Tapi sempat beberapa tahun "terpental" ke tempat yang ternyata semakin melambungkan namanya di dunia internasional karena menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat direktur pelaksana di Bank Dunia yang berkedudukan di Washington, Amerika Serikat.

Adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wapres Jusuf Kalla yang pertama kali menjadikan pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu sebagai anggota Kabinet. Waktu itu posisinya sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

Hanya setahun Sri di posisi tersebut (2004-2005) dan saat perombakan kabinet barulah ia mendapat posisi yang tepat yakni Menteri Keuangan. Bahkan saat SBY kembali terpilih jadi pada tahun 2009 dengan Wapres Boediono, Sri Mulyani tetap di pos semula.

Namun pada pertengahan 2010 datanglah "badai" itu. Sri Mulyani didepak dari kursi Menteri Keuangan dan memberikannya pada Agus Martowardojo. Ada pengamat yang berspekulasi hal ini gara-gara lobi politisi yang ingin menyingkirkan Sri. 

Tapi dasar orang hebat, Sri langsung berlabuh di Bank Dunia. Memang kurang jelas apakah karena dapat di Bank Dunia, Sri mengundurkan diri, atau karena tak lagi jadi menteri, langsung disambar Bank Dunia.

Presiden Jokowi yang kemudian memanggil kembali Sri Mulyani saat melakukan perombakan kabinet tahun 2016. Bambang Brodjonegoro yang saat Jokowi-JK membentuk kabinet 2014 didapuk sebagai Menteri Keuangan harus bergeser menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. 

Maka Sri Mulyani pun kembali ke "habitat"-nya sebagai Menteri Keuangan. Masalahnya akankah Sri masih di pos yang sama pada kabinet baru yang segera akan dibentuk Jokowi-Ma'ruf Amin?

Kalau soal profesionalisme, Sri Mulyani tak perlu diragukan lagi. Jokowi pun terkesan begitu yakin dengan kemampuan Sri Mulyani dan dalam berbagai versi susunan kabinet baru yang diprediksi sejumlah pengamat, namanya tetap masuk. Hanya ada yang memperkirakan Sri bakal naik ke posisi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Tapi jangan dilupakan saat ini terlalu banyak partai yang mendukung Jokowi-Ma'ruf dan juga tim sukses yang bukan dari kalangan partai. Lobi-lobi dari pihak partai terlihat demikian sengit dan inilah yang membuat posisi Sri Mulyani menjadi rawan.

Soalnya sejumlah ekonom juga ada yang menjadi aktivis partai. Posisi Menteri Keuangan terlalu strategis, pastilah menjadi incaran partai. Partai pemenang pemilu, PDIP, sangat berpeluang mengisinya.

Ada sejumlah nama dari PDIP yang digadang-gadang akan menduduki kursi Menteri Keuangan, antara lain Hendrawan Supratikno dan Sri Adiningsih. Bahwa orang partai banyak juga yang sekaligus profesional, tak perlu diperdebatkan.

Namun agar independensinya lebih terjaga dan mengingat posisi yang sangat strategis itu tadi, sebaiknya Menteri Keuangan tetap dijabat oleh figur profesional murni yang tidak dipersepsikan publik dekat dengan partai tertentu. Dan figur tersebut untuk saat ini yang terkuat tetap Sri Mulyani.

Bahkan kalau Menteri Keuangan dijabat orang partai dan Sri Mulyani dipromosikan jadi Menko Perekonomian, tetap kurang "menggigit" karena Menko biasanya tidak terlibat langsung sampai ke bawah.

Nah, kalau akhirnya Sri Mulyani nantinya tidak lagi menjadi Menteri Keuangan, publik tentu boleh menafsirkan bahwa Presiden Jokowi "mengalah" akibat tekanan politik yang dihadapinya. Kita tunggu saja.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun