Makanya saya tidak heran dengan warga yang tetap ingin bertahan hidup di gang-gang seperti itu meskipun setelah kebakaran melanda atau setelah terendam oleh banjir.Â
Inilah kota yang menawarkan seribu mimpi. Kehidupan malam yang gemerlap dengan para artis top atau artis abal-abal, kafe dan tempat karaoke banyak tersedia. Namun masjid dan musala dengan alunan azannya yang berkumandang syahdu lebih banyak lagi jumlahnya.
Inilah kota yang menghidupi lebih dari 10 juta jiwa warganya. Dari yang selalu pakai jas dan dasi sampai juru parkir liar, pak ogah, pengamen bersuara cempreng, pemulung dan pencoleng, semua kebagian rezeki.
Wajar saja banyak orang daerah yang tergoda mengadu peruntungan di Jakarta. Apalagi bagi yang punya kerabat yang sudah lebih dulu jadi warga ibu kota. Dulu saya menumpang di rumah om saya, sekarang gantian keponakan saya yang menumpang di rumah saya.
Selamat ulang tahun Jakarta kota tercinta. Memang cinta saya akan bertambah bila ruang terbuka hijaunya makin banyak, bila pencemaran udara makin sedikit, bila warganya tertib antre menunggu kendaraan umum.
Tapi itu semua bukanlah persyaratan karena saya sudah mendeklarasikan cinta saya yang tanpa syarat. Orang bilang ibu kota lebih kejam dari ibu tiri, tapi saya sudah terlanjur cinta, tanpa memandang siapa gubernurnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H