Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cinta Tanpa Syarat buat Jakarta

22 Juni 2019   00:17 Diperbarui: 22 Juni 2019   00:20 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi saya akhirnya berterima kasih karena membuat saya menjadi lebih waspada. Saya juga takut kalau membaca berita-berita kriminal di ibu kota. Namun hikmahnya ya itu tadi, mengajarkan saya untuk berhati-hati, apalagi kalau pulang tengah malam.

Katanya warga Jakarta bersifat individualistis, lu-lu gua-gua, antar tetangga tidak saling kenal. Namun lagi-lagi ini mengajarkan bagaimana menjadi "intel" yang baik dalam menerima tamu tak diundang atau berinteraksi dengan kenalan baru yang sok akrab. 

Bahkan pengemis pun banyak yang  pintar pasang aksi pura-pura cacat atau menyewa bayi yang menangis kepanasan untuk memancing rasa iba yang melihatnya. 

Anak-anak saya yang semua lahir di Jakarta malah lebih berani dari saya dan cepat beradaptasi. Ya, mungkin karena mereka adalah anak Jakarta sementara saya anak kampung yang mencintai Jakarta.

Bila anak gadis saya pulang tengah malam karena menonton konser musik dengan teman-temannya, saya merasa dag dig dug. Tapi ia bilang saya lebai dan dengan percaya diri muncul di rumah meskipun saya ngomel-ngomel.

Orang-orang bilang lalu lintas Jakarta semrawut, bising karena dikit-dikit main klakson, dan seperti disinggung di atas, macet di mana-mana. Namun saya bisa menikmatinya sambil melatih kecerdasan emosional, khususnya memupuk rasa sabar. 

Toh saya merasa bersyukur dengan kemacetan itu. Banyak buku saya lahap dan banyak tulisan saya muncul di kompasiana, justru dengan dalih "membunuh" waktu.

Dulu saja sebelum ada Transjakarta yang berpendingin udara dan berlanjut dengan MRT dan LRT, saya merasa nikmat naik bus tingkat meski kepanasan bercucuran keringat.  

Justru di situlah saya menguji kesetiaan pacar saya. Ternyata ia tidak manja. Malah sangat sayang dengan saya karena ia tak segan mengambil tisu dari tas tangannya kemudian melap keringat saya. Itulah yang menjadikan saya yakin untuk memperistrinya dan sekarang menjadi ibu bagi tiga anak kami.

Saya menikmati melangkahkan kaki menyusuri trotoar jalan protokol di pagi hari. Berpapasan dengan cewek-cewek modis berbau wangi yang berkantor di gedung-gedung jangkung, menjadi sarapan bagi mata saya.

Tapi saya juga bisa menikmati saat berjalan menyusuri gang sempit. Menikmati cerianya anak-anak yang bermain bola di gang tersebut dan ibu-ibu berdaster ngerumpi di depan rumah kecilnya sambil menunggu tukang sayur lewat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun