Lulusan sekolah master yang murid-muridnya banyak juga dari para pengamen dan anak jalanan ini, beberapa di antaranya berhasil lulus seleksi untuk kuliah di perguruan tinggi negeri papan atas seperti UI dan Undip. Bangunannya yang dibuat dari kontainer terlihat cantik karena lukisan di dindingnya.
Saya juga teringat ada kisah ibu kembar yang sangat peduli dengan pendidikan anak-anak di kolong jembatan kawasan Pademangan, Jakarta Utara. Kembali saya berselancar di dunia maya, salah satunya saya membaca republika.co.id (6/1/2017).
Ternyata sekolah tersebut tidak lagi berada di kolong jembatan, tapi sudah punya bangunan khusus yang terletak dekat kolong jembatan, berkat sumbangan dari beberapa pihak.
Tidak tangung-tanggung, ibu kembar yang bernama Sri Rosiati dan Sri Irianingsih itu telah membuat 5 sekolah darurat, termasuk yang di Pademangan. Sekolah darurat lain berada di kolong jembatan Rawa Bebek, kolong jembatan Pluit, kolong jembatan Tambora, dan di pinggir rel kereta api Kampung Janis, semuanya di Jakarta.
Mungkin kalau Tooley meneliti di Jakarta, kesimpulannya tidak berbeda jauh dengan temuannya di India dan Afrika. Kita harus berterima kasih pada penggagas sekolah informal di Jabodetabek, mungkin masih banyak yang belum terliput oleh media, termasuk yang di kota-kota besar lain seperti di Surabaya, Bandung, Medan, dan sebagainya.
Memang kalau hanya menyerahkan kepada pemerintah, akan tetap banyak penduduk di kawasan kumuh yang tak tersentuh pendidikan.Â
Maka menjawab pertanyaan pada judul tulisan ini, kita di Indonesia tampaknya juga punya sekolah swasta bertarif murah namun tetap bermutu di daerah pinggiran kota yang padat penduduk berpenghasilan rendah.
Pendidikan yang baik diyakini sebagai faktor kunci bagi masyarakat miskin untuk mampu memperbaiki nasibnya. Masalahnya pendidikan itu relatif mahal.Â
Sekolah negeri pun yang katanya gratis tetap perlu uang iuran yang disepakati bersama para orang tua murid. Nah, sekolah informal ternyata mampu menjadi jawaban untuk mengisi kekosongan sekolah di kawasan kumuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H