Padahal waktu itu, awalnya PDI-P sendiri sebagai partai tempat Jokowi bernaung cenderung mengusung petahana Fauzi Bowo. Tentang hal ini detik.com (22/1/2019) menulis bahwa Prabowo bolak balik menemui Megawati Soekarnoputri membujuk agar PDI-P mendukung Jokowi di pilgub DKI.Â
Nah, di kemudian hari ternyata Jokowi harus berhadapan dengan Prabowo sebanyak dua kali di pilpres 2014 dan 2019. Terdengar pula suara, tentu dari pendukung Prabowo, bahwa Jokowi ibarat kacang lupa dengan kulitnya.
Apakah Jokowi memang melupakan jasa Prabowo? Persepsi publik bisa berbeda-beda, ada yang bilang iya, ada yang bilang tidak. Namun kalau melihat pernyataan Jokowi yang sangat menginginkan bertemu dengan Prabowo untuk melakukan rekonsiliasi, di samping saat debat pilpres pernah pula menyatakan bahwa hubungan persahabatannya dengan Prabowo tak akan pernah putus, menyiratkan bahwa beliau bukan kacang yang lupa kulit.
Namun harus diakui Jokowi tidak gampang untuk bisa bertemu dengan Prabowo. Kehendak sejarah memang membuat Jokowi harus bersaing dengan orang yang pernah berjasa dalam karir politiknya.
Secara profesional hal tersebut harus diterima sebagai hal yang wajar, karena tak ada koalisi yang abadi dalam politik. Tapi bagaimana kondisi persahabatan yang bersemayam di hati masing-masing, Jokowi dan Prabowo, tentu beliau berdua dan Tuhan yang tahu.
Memang bulan madu kerjasama Prabowo dan Jokowi berlangsung terlalu cepat, karena Jokowi menjabat gubernur selama dua tahun saja, setelah itu menjadi pesaing yang berhasil mengalahkan Prabowo.
Bisa jadi tidak ada faktor permusuhan secara pribadi antar Jokowi dan Prabowo, sehingga pepatah ibarat kacang lupa pada kulitnya mungkin tidak relevan untuk konteks ini.Â
Tapi masalahnya menjadi pelik karena kepentingan berbagai kelompok yang ada di belakang Jokowi dan yang ada di belakang Prabowo, tentu berbeda-beda dan bahkan mungkin saling bertentangan.Â
Jadi masalah di atas tak bisa disederhanakan jadi masalah pribadi, di mana seperti cerita pengalaman saya di awal tulisan ini faktor keikhlasan menjadi kunci dalam hubungan antar dua individu. Namun apakah ada keikhlasan dalam politik?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H