Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bukber di Hotel Mewah, Menang Gengsi tapi Sedikit Hikmah

14 Mei 2019   17:28 Diperbarui: 14 Mei 2019   17:53 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menunaikan kewajiban salat magrib, saya kembali ke restoran. Buah kurma yang tadi saya cari waktu membatalkan puasa, baru ketemu di bagian depan restoran. Lumayan, ternyata banyak jenis kurma yang tersedia, termasuk yang telah diolah dengan memasukkan kacang, keju atau makanan lain ke belahan kurma.

Nah sekarang baru giliran makan berat. Saya tidak melihat menu tradisional. Menu ala Jepang, Cina, Eropa, dan Timur Tengah lebih mendominasi. Alhamdulillah, meskipun saya memilih sedikit saja dari banyak jenis makanan yang ada, perut pun sudah terasa penuh.

Setelah saya berbasa basi sebentar dengan seorang eksekutif dari pihak pengundang dan setelah dapat informasi tidak ada kegiatan salat tarawih berjamaah di hotel tesrebut, saya menyampaikan terima kasih dan pamit.

Harapan saya, karena rumah saya dengan tempat bukber biasanya dapat dicapai sekitar 30 menit, saya masih sempat salat tarawih di masjid dekat rumah. Tapi apa mau dikata, ternyata jalanan lagi macet parah.

Tampaknya acara bukber menjadi sebuah rutinitas bagi banyak orang kantoran, sehingga kemacetan di malam hari setelah bukber terlihat lebih parah ketimbang di luar bulan puasa.

Jangan terlalu berharap acara bukber mendatangkan hikmah yang bersifat spiritual seperti meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Banyak bukber yang sekadar hura-hura berbungkus acara reuni. Ada pula bukber dilakukan untuk memperlancar lobi bisnis.

Parahnya, bisa jadi bukber menjadi sarana perbuatan tercela, seperti mengundang pihak lain yang berwenang mengawasi perusahaan pengundang. Tentu maksudnya agar si pengawas jangan terlalu galak, dan kalau bisa temuannya yang ringan-ringan saja. Maka pihak pengundang pun tak lupa memberikan cenderamata seusai acara bukber.

Sepertinya bukber orang kantoran penuh nuansa keagamaan, tapi rupanya hanya sekadar "di sini senang, di sana senang". Kontras sekali dengan bukber di masjid perkampungan dengan makanan seadanya yang disediakan para penyumbang dengan ikhlas. Versi kampung ini lebih terasa hikmahnya.

Menu bukber di salah satu hotel mewah di Jakarta (tribunnews.com)
Menu bukber di salah satu hotel mewah di Jakarta (tribunnews.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun