Setelah menunaikan kewajiban salat magrib, saya kembali ke restoran. Buah kurma yang tadi saya cari waktu membatalkan puasa, baru ketemu di bagian depan restoran. Lumayan, ternyata banyak jenis kurma yang tersedia, termasuk yang telah diolah dengan memasukkan kacang, keju atau makanan lain ke belahan kurma.
Nah sekarang baru giliran makan berat. Saya tidak melihat menu tradisional. Menu ala Jepang, Cina, Eropa, dan Timur Tengah lebih mendominasi. Alhamdulillah, meskipun saya memilih sedikit saja dari banyak jenis makanan yang ada, perut pun sudah terasa penuh.
Setelah saya berbasa basi sebentar dengan seorang eksekutif dari pihak pengundang dan setelah dapat informasi tidak ada kegiatan salat tarawih berjamaah di hotel tesrebut, saya menyampaikan terima kasih dan pamit.
Harapan saya, karena rumah saya dengan tempat bukber biasanya dapat dicapai sekitar 30 menit, saya masih sempat salat tarawih di masjid dekat rumah. Tapi apa mau dikata, ternyata jalanan lagi macet parah.
Tampaknya acara bukber menjadi sebuah rutinitas bagi banyak orang kantoran, sehingga kemacetan di malam hari setelah bukber terlihat lebih parah ketimbang di luar bulan puasa.
Jangan terlalu berharap acara bukber mendatangkan hikmah yang bersifat spiritual seperti meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Banyak bukber yang sekadar hura-hura berbungkus acara reuni. Ada pula bukber dilakukan untuk memperlancar lobi bisnis.
Parahnya, bisa jadi bukber menjadi sarana perbuatan tercela, seperti mengundang pihak lain yang berwenang mengawasi perusahaan pengundang. Tentu maksudnya agar si pengawas jangan terlalu galak, dan kalau bisa temuannya yang ringan-ringan saja. Maka pihak pengundang pun tak lupa memberikan cenderamata seusai acara bukber.
Sepertinya bukber orang kantoran penuh nuansa keagamaan, tapi rupanya hanya sekadar "di sini senang, di sana senang". Kontras sekali dengan bukber di masjid perkampungan dengan makanan seadanya yang disediakan para penyumbang dengan ikhlas. Versi kampung ini lebih terasa hikmahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H