Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Samba Lado Tanak, Sabana Lamak"

4 Mei 2019   09:09 Diperbarui: 4 Mei 2019   09:12 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas sengaja saya tulis dalam bahasa Minang. Samba lado tanak (biar praktis, selanjutnya saya tulis SLT) adalah salah satu sambal khas Minang, sedangkan sabana lamak artinya sungguh enak. Ya, bagi saya SLT buatan ibu saya, memberikan sensasi yang luar biasa nikmat di lidah.

Tapi sebelum membahas tentang SLT, saya ingin ngalor ngidul dulu. Soalnya sering ada salah pengertian kalau orang Minang menjamu makan orang bukan Minang. 

Sebagai tuan rumah, si orang Minang lazim berbasa basi dengan mengucapkan: "tambahlah sambanyo". Tapi si tamu yang belum mengerti bahasa Minang namun tidak bertanya apa maksudnya, akan menambah sambal ke piringnya, karena menebak arti dari sambanyo adalah sambalnya.

Padahal tuan rumah  beberapa kali mengucapkan basa basi yang sama dan si tamu lagi-lagi menambahkan sambal ke piringnya. Mau ngambil ayam goreng, rendang, atau dendeng balado, takut dianggap tidak sopan, karena tidak ditawarkan tuan rumah. Mungkin saja dalam hati si tamu mengatakan, kok tuan rumah pelit banget?

Makanya perlu dijelaskan, kalau orang Minang mengatakan samba, itu artinya lauk, apo sambanyo bukan berarti apa sambalnya, tapi apa lauknya, seperti gulai ayam, rendang, asam pedas ikan, dan sebagainya. Sedangkan sambal yang merupakan makanan pelengkap setelah ada nasi dan lauk, yang diolah dari cabe, oleh urang awak disebut sebagai samba lado.

Selain itu, ada lagi anggapan bahwa orang Minang itu pasti kuat makan sambal, padahal ini tidak selalu benar. Bahwa sambal wajib ada pada masakan Minang, betul adanya, tapi hanya sebatas sambal dari cabe merah keriting atau cabe hijau keriting utuk lado mudo. 

Makanya ada jenis dendeng balado, telur balado, tempe balado, keripik balado, dan sebagainya.  Artinya dendeng, telur, tempe, dan keripik  itu tadi dilumuri cabe goreng berwarna merah. Lagi pula boleh dikatakan semua gulai di masakan Padang, mengandung cabe. Apalagi yang jenisnya kaliyo dan rendang. 

Tapi sebetulnya, mungkin karena belum biasa, banyak pula orang Minang yang tak kuat memakan sambal dari daerah lain, seperti sambal matah versi Bali, sambal Dabu-dabu dari Manado, atau sambal khas Lombok.  

Saya bahkan iri melihat teman-teman dari Jawa yang enak saja makan gorengan dengan beberapa potong cabe rawit, sesuatu yang bagi banyak orang Minang, termasuk saya, tidak kuat melakukannya. 

Nah, sekarang baru menginjak SLT. Sejak saya kecil, saya telah mengenal SLT karena ibu saya biasa memasaknya, terutama pada bulan puasa. Soalnya, saat makan sahur, baru terbit selera kalau lidah sudah menyentuh SLT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun