Ada kabar gembira dari industri sepak bola profesional di tanah air. Klub Bali United bakal menjadi klub Asia Tenggara pertama yang melepas sahamnya ke masyarakat atau lazim disebut dengan go public.
Berita tersebut terungkap dari pernyataan Chief Executive Officer (CEO) PT Bali Bintang Sejahtera, Yabes Tanuri, di Gianyar, Bali (tribunnews.com, 25/4/2019). Bali Bintang Sejahtera adalah perusahaan yang saat ini tercatat menjadi pemilik klub Bali United.
Nantinya, sebanyak 33,33% saham Bali Bintang Sejahtera akan dijual melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga dapat dibeli oleh masyarakat secara luas. Untuk itu, sesuai proses yang berlaku di BEI, Bali Bintang Sejahtera terlebih dahulu akan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran perdana di hadapan publik. Namun belum diperoleh berita kapan IPO-nya akan berlangsung.
Apabila proses IPO berjalan mulus, maka klub dari Pulau Dewata itu betul-betul melakukan terobosan dan mencetak sejarah baru dalam menghimpun dana bagi sebuah klub sepak bola. Masyarakat yang membeli saham akan tercatat ikut menjadi pemilik dan berhak mendapatkan laporan perkembangan perusahaan termasuk kinerja keuangannya, dan menerima pembagian dividen, jika perusahaan meraih keuntungan.
Jadi kalau selama ini banyak penggemar fanatik sebuah klub yang sekadar punya sense of belonging, maka nantinya akan bisa ditingkatkan menjadi rasa memiliki yang punya dasar hukum yang kuat. Tak perlu jadi orang kaya untuk punya saham. Detik.com (26/4/2019) memberitakan bahwa harga saham Bali United diperkirakan berkisar antara Rp 155 sampai Rp 175 per lembar.
Sesuai ketentuan di BEI, pembelian atau penjualan dilakukan dalam satuan lot, dan setiap lot berisi 100 lembar saham. Dengan uang Rp 150.000 sampai Rp 175.000 seseorang sudah dapat membeli 10 lot saham Bali United.
Klub yang bermarkas di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, ini memang secara tampilan fisik punya keistimewaan. Stadionnya meski arsitekturnya terkesan biasa saja, kalah dengan stadion yang relatif baru seperti Gelora Bung Tomo Surabaya atau Gelora Bandung Lautan Api, Â tapi cara pengaturannya sudah mirip stadion di Eropa.Â
Bagi yang pernah melongok stadion yang menjadi markas klub Manchester City atau Manchester United tentu tahu bahwa stadion tersebut laku dijual sebagai paket wisata. Di sana ada merchandise store resmi, kafetaria bernuansa klub, poster-poster pemain dalam ukuran raksasa, dan tempat-tempat lain yang menggoda pengunjung untuk berfoto.
Demikian pula di Stadion Wayan Dipta Gianyar. Saya pernah menulis hal tersebut di sini. Di Indonesia, barangkali baru markas Bali United yang menyediakan berbagai fasilitas di stadionnya sendiri. Meski belum dijual sebagai paket tur wisata seperti di Eropa, namun kenyataannya pada hari libur ada saja tamu yang berkunjung ke stadion tersebut, sekadar berfoto, membeli souvenir, makan dan minum di kafetarianya, atau memanfaatkan arena bermainnya.
Sedangkan klub lain di dalam negeri hanya sekadar bertanding di stadion yang menjadi markasnya, itupun kadang-kadang pindah-pindah stadion seperti yang dialami Persija. Kalaupun ada pusat penjualan merchandise klub, tidak menyatu dengan stadion markasnya.
Bali United adalah salah satu klub di Indonesia yang gampang menggaet sponsor. Jangan heran kalau di jersey pemain bertaburan logo para sponsor. Penggemar Bali United pun tergolong banyak dan fanatik. Kalau klub ini lagi main di markasnya, bukan hanya warga lokal Bali yang datang ke stadion, tapi juga ekspatriat dan turis asing yang sedang berada di Bali.