Saya teringat waktu pilgub DKI Jakarta, saya juga dibilang teman yang lain agar tidak membaca Kompas karena ia menilai Kompas pro Ahok. Alasannya berita seputar aksi damai di Monas oleh Kompas mendapat tempat yang relatif kecil.
Tapi saya tidak terpengaruh. Dari sejak generasi pendahulu Kompas, PK Ojong dan Jakob Utama, sampai sekarang, warna Kompas jelas warna yang netral. Kalaupun memihak, ya memihak hati nurani rakyat.
Jadi, harapan saya agar Kompas tetap dapat mempertahankan kenetralannya, meskipun atas apa yang diungkapkan Kompas, ada saja pihak yang meradang dan sulit menerima kenyataan.
Heboh-heboh adanya tudingan Kompas tidak netral dari sebagian pihak yang tak puas dengan hasil survei, justru memperkuat kesan bahwa Kompas itu memang media besar yang pantas disimak semua orang.
Seandainya media atau lembaga kecil yang melakukan survei, pihak yang tak puas tidak akan kebakaran jenggot atau menyangkal hasil survei.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H