Tapi harus diakui yang menjadi bintang justru Marinus, yang pada laga perdana lawan Myanmar tidak diturunkan, dan posisinya diberikan pada Dimas Drajad. Sejak laga kedua, Marinus tidak lagi duduk di bangku cadangan, dan sosoknya menjadi ancaman bagi tim lawan.
Ketajaman Marinus telah terbukti dengan 3 gol yang dilesakkannya pada saat melawan Malaysia dan Kamboja. Namun saat melawan Vietnam karena selalu ditempel ketat pemain lawan, Marinus tidak mencetak gol.
Tapi tetap saja official Vietnam berkomentar miring dengan menuduh Marinus memalsukan umur. Ketika bertanding lawan Kamboja, suporter tuan rumah juga melakukan hal yang tak terpuji dengan melontarkan umpatan bernada rasialis terhadap Marinus.
Untunglah di bawah gemblengan Indra Sjafri, Marinus yang dulu terkenal temperamental, mampu mengendalikan emosinya, meskipun saat merayakan gol keduanya di laga lawan Kamboja, sengaja dilakukannya di depan pemain cadangan Kamboja. Bisa jadi itu semacam protes kecil atas perilaku rasialis yang diterimanya.
Indra Sjafri sudah memprediksi bahwa Marinus Wanewar akan semakin berkilau di masa depan. Kita tunggu saja apakah Marinus akan turun di laga final dan mampu bersama rekan-rekannya membawa timnas U-22 memboyong trofi ke tanah air.
Mudah-mudahan Indra juga memberikan kesempatan Todd Rivaldo Fere untuk mempertunjukkan kelincahannya meliuk-liuk menghindari hadangan lawan.
Tanpa mengurangi respek pada pemain lain, keberadaan "Trio Papua" di timnas U-22 sungguh memberikan warna tersendiri yang menghibur dan memberi harapan.
Mari kita doakan agar Timnas U-22 meraih gelar juara, sebagai kado terindah di tengah kesibukan Satgas Antimafia Bola menuntaskan kasus pengaturan skor di kompetisi sepak bola kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H