Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Masjid yang Kosong

14 Februari 2019   17:20 Diperbarui: 14 Februari 2019   17:39 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid kuno di Koto Nan Ampek, Kota Payakumbuh, Sumbar (Foto Antara)

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, wajar bila jumlah masjid di Indonesia sangat banyak. Tak jarang jarak antara satu masjid dengan masjid lainnya, terutama di daerah padat penduduk, hanya  sekitar 200 meter saja.

Apakah setiap masjid yang berdekatan tersebut dipenuhi oleh jamaah setiap waktu salat, atau hanya ramai setiap salat Jumat saja, sehingga menjadi mubazir atau tidak, perlu dilihat dari berbagai aspek.

Hanya saja saya agak terusik juga karena di media sosial banyak bersliweran berita tentang beberapa masjid yang kosong. Seperti baru-baru ini, mengetahui bahwa saya berasal dari Sumatara Barat (Sumbar), seorang teman bertanya, apa betul di Sumbar banyak masjid yang kosong?

Memang setiap di Sumbar terjadi bencana alam, setelah itu muncul berita tentang naiknya tingkat maksiat di sana sambil dibarengi berita kosongnya masjid. Padahal terlepas dari itu, secara geografis Sumbar, sebagaimana pantai barat Sumatera lainnya, termasuk daerah rawan bencana.

Saya yang sudah lebih dari 30 tahun menjadi warga DKI Jakarta tidak berani membenarkan atau membantah berita itu. Kalaupun saya sesekali pulang kampung, hanya untuk beberapa hari saja, sehingga saya tidak punya yang akurat. Lagipula definisi kosongnya apa dulu?

Dugaan saya pelaksanaan salat berjamaah lima kali sehari masih berjalan, tapi mungkin jamaahnya sedikit sehingga terkesan kosong. Kalau di masjid dekat rumah kakak saya di Payakumbuh, menurut saya jamaah yang rajin salat berjamaah memang tidak banyak, tapi jelas tidak kosong.

Sebetulnya tidak hanya di Sumbar, secara umum masjid dibangun dalam ukuran besar lebih memepertimbangkan kebutuhan ramainya jamaah pada saat salat Jumat, saat bulan puasa, atau saat ada ceramah agama dari ustad ternama. Di luar itu memang kapasitas yang terpakai sekitar 10 sampai 20 persen saja.

Tapi akhir-akhir ini ada perkembangan yang menggembirakan menurut saya. Kebetulan setelah saya tidak lagi setiap hari aktif bekerja di kantor, punya waktu relatif banyak berdiam di rumah, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Tampaknya ceramah agama yang banyak pula beredar di media sosial cukup berdampak, antara lain tentang kewajiban laki-laki untuk melaksanakan salat berjamaah di masjid. Dulu banyak yang mengabaikan hal ini dan merasa sudah cukup untuk salat di rumah saja.

Di sekitar rumah saya, banyak rumah yang dikontrakkan dan digunakan sebagai kantor tanpa papan nama. Ternyata di rumah seperti itu yang sehari-hari terlihat seperti tak ada aktivitas, tertutup oleh pagar agak tinggi, saat suara azan menggema, para karyawannya keluar untuk berangkat ke masjid terdekat.

Selain itu, meskipun masjid tersebut agak tersembunyi karena berada di pinggir jalan kecil, para pengendara ojek banyak yang singgah untuk menunaikan ibadah. 

Maka pada hari kerja di masjid dekat rumah saya, sekitar separo kapasitas terisi setiap salat berjamaah. Sedangkan pada hari libur hanya sekitar 10 persen saja. Full capacity-nya adalah saat salat Jumat dan selama minggu pertama bulan puasa.

Namun, tentang kaitan dengan bencana, menurut pemahaman saya, Allah dengan kekuasaannya bisa menjatuhkannya di mana saja dan kapan saja, di sekitar masjid yang penuh jamaah atau di sekitar masjid yang kosong.

Tinggal bagaimana kita memaknai bencana itu sendiri, sebagai hukuman bagi yang lalai dengan perintah-Nya, atau sebagai ujian kenaikan tingkat keimanan, bagi yang telah berusaha keras mematuhi ajaran agama.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun