Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Final Piala Asia 2019, Pegang Jepang atau Qatar?

1 Februari 2019   00:07 Diperbarui: 1 Februari 2019   10:57 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai jadwal, Jumat malam ini (1/2), jam 21.00 WIB atau  18.00 waktu Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab (UEA), akan berlangsung pertandingan final Piala Asia 2019. Laga yang mempertemukan Jepang dengan Qatar tersebut mengambil tempat di Stadion Syekh Zayed, Abu Dhabi.

Tentu saja laga tersebut bisa juga disebut sebagai adu gengsi antara Jepang sebagai raksasa sepak bola dari kawasan Asia Timur dan Qatar, raksasa baru dari kawasan Asia Barat. Ya, Qatar memang layak disebut sebagai raksasa baru, karena sang pembunuh raksasa layak pula menyandang gelar raksasa. 

Sebelum memastikan maju ke final, ada dua raksasa Asia yang dilibasnya, yakni Arab Saudi di babak penyisihan grup dan Korea Selatan di babak 8 besar. Arab Saudi adalah raksasa Asia Barat dan Korea Selatan untuk Asia Timur. Kedua negara itu sudah beberapa kali mencicipi gelar juara Asia dan berpengalaman di pentas Piala Dunia.

Nah, dengan mengalahkan dua negara di atas, juga atas Irak di babak 16 besar dan tuan rumah UEA di semi final, maka pengamat sepak bola mengabaikan peringkat FIFA-nya yang masih di posisi 93, jauh di bawah Jepang yang berada di posisi 50 dunia. Lupakan pula track record Qatar, yang prestasi terbaiknya di Piala Asia baru sampai babak perempat final di tahun 2000 dan 2011. 

Qatar juga belum punya jam terbang di Piala Dunia. Tapi dengan status tuan rumah Piala Dunia 2022, tiga tahun lagi Qatar akan merasakan juga turnamen sepak bola paling akbar se-dunia itu.

Dengan status finalis Piala Asia, maka Qatar ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka memang layak bersaing di Piala Dunia, bukan hanya karena jatah selaku tuan rumah semata.

Untuk itu Qatar telah lama membangun tim yang tangguh. Pelatihnya asal Spanyol, Felix Sanchez Bas, telah memulai sejak 2006 melalui Aspire Academy, yang menjadi wadah bagi remaja Qatar yang punya talenta mengolah si kulit bundar.

Qatar tidak terjebak dalam gonta-ganti pelatih. Sanchez secara konsisten mengawal karena kemudian ditunjuk menangani Timans Qatar U-19 yang mencetak sejarah emas  dengan mempersembahkan gelar juara Asia U-19  tahun 2014 lalu.

Seiring bertambahnya usia anak asuhnya, Sanchez juga didapuk menjadi pelatih timnas U-20, U-23, dan sekarang menuai sukses dengan timnas senior. Tentu saja sang pelatih sudah begitu memahami para pemainnya, sebagaimana para pemain memahami kemauan pelatih.

Maka tak heran, di skuad Qatar yang bertarung di Piala Asia sekarang ini banyak diisi para pemain yang masih berusia muda, seperti Almoez Ali, striker haus gol yang sementara ini tercatat sebagai top skor turnamen ini dengan mengemas delapan gol. Almoez masih berumur 22 tahun.

Satu lagi rekor bagi Qatar, penjaga gawangnya Saad Al Sheeb belum sekalipun kebobolan sampai menjelang pertandingan final ini. Saad adalah penjaga gawang senior yang sudah berusia 28 tahun.

Ada faktor lain yang tidak berkaitan langsung dengan sepak bola, tapi sangat mungkin menjadi pembakar semangat pemain Qatar, yakni secara politik negaranya sedang diblokade negara-negara Arab Teluk, termasuk tuan rumah UEA.

Kompas (30/1) menulis bahwa pada Juni 2017 terjadi krisis diplomatik yang berujung pada pemutusan hubungan diplomatik negara-negara Arab Teluk terhadap Qatar. Motornya adalah Arab Saudi, Bahrain, dan UEA, yang kemudian menutup perbatasannya dengan Qatar, termasuk wilayah udara dan perairan.

Sengaja tulisan ini mengelaborasi permainan Qatar, karena tentang lawannya Jepang sudah tidak perlu banyak cerita. Reputasinya demikian tinggi dalam kancah persepakbolaan Asia. Buktinya, Jepang adalah pemegang rekor sebagai negara yang paling sering menjuarai Piala Asia, yakni 4 kali, masing-masing tahun 1992, 2000, 2004, dan 2011.

Apalagi dari daftar nama pemain Jepang, banyak yang memperkuat klub- klub di Eropa, di antaranya yang namanya bersinar di Piala Asia kali ini adalah Ritsu Doan yang main di Groningen FC, Belanda, Yuya Osako (Werder Bremen, Jerman), Takumi Minamino (Salzburg FC, Austria) dan Genki Haraguchi (Hannover, Jerman).

Pelatih Jepang Hajime Moriyasu sengaja tidak membawa pemain veteran Shinji Kagawa yang pernah bermain di Manchester United, dan baru saja pindah ke klub Turki, Besiktas, karena punya banyak pilihan pemain muda yang potensial. 

Jepang memang terkenal efektif dalam membina pemain muda. Bahkan di Asian Games 2018 di Jakarta, yang sebetulnya diperuntukkan bagi timnas U-23 (itupun boleh diperkuat tiga orang pemain senior), Jepang sengaja membawa pemain timnas U-21, sebagai bagian dari persiapan untuk Olimpiade Tokyo 2020.

Toh dengan pemain U-21 saja, Jepang berhasil lolos ke final Asian Games, meski akhirnya harus puas dengan merebut medali perak, kalah dari Korea Selatan.

Nah, untuk pertandingan final Piala Asia 2019 nanti malam, anda memegang Qatar atau Jepang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun