Kalau begitu apakah debat capres akan sia-sia? Â Tidak juga. Karena mereka yang masih belum punya pilihan, katakanlah 20 sampai 30% dari yang berhak memilih, dapat mengikuti acara debat agar mampu memantapkan hatinya untuk datang ke tempat pemungutan suara dan memilih salah satu capres.
Ini penting mengingat ada kecendrungan tingkat partisipasi pemilih semakin mengecil setiap kali pilpres dilakukan. Kalau kecendrungan ini tetap berlanjut, menjadi lampu kuning buat demokrasi kita.
Tentu menjadi hal yang paling tidak diharapkan, bila debat capres malahan menjadikan sebagian orang makin memantapkan pilihannya untuk tidak memilih. Kalau ini terjadi, maka bukan lampu kuning lagi, tapi sudah lampu merah, yang memerlukan pembenahan besar-besaran.
Satu lagi catatan, debat boleh-boleh saja berlangsung dalam suasana panas. Tapi tetap dalam kerangka persaudaraan dan perdamaian.Â
Mereka yang memilih capres berbeda bukanlah musuh yang harus dihancurkan, tapi tetap saudara satu bangsa dan satu tanah air. Saling menghargai jauh lebih penting demi keutuhan Indonesia tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H