Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Tinggal Sendiri, Ifan Pamit dari Seventeen

25 Desember 2018   12:11 Diperbarui: 25 Desember 2018   19:26 5264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompas.com/Dian Renis Kumampung

Sehidup semati ternyata bukan cuma sekadar istilah buat pasangan yang dilanda kasmaran, tapi betul-betul dialami oleh personil grup musik Seventeen. 

Itulah yang ditulis oleh satu-satunya personil grup asal Yogyakarta tersebut yang masih tersisa, setelah pemain drumnya, Andi juga ditemukan telah meninggal dunia menyusul pemain bass Bani dan gitaris Herman.

Ifan sang vokalis yang menjadi satu-satunya personil yang tersisa dari Seventeen menulis di instgaramnya seperti ini: "Sebuah kehormatan dan kebanggaan bisa menjadi saudara sepanggung bersama kalian @andi_seventeen @baniseventeen @herman seventeen. Kita bukan hanya partner kerja, kita adalah keluarga sehidup semati. We Are SEVENTEEN!!!".

Ifan juga minta maaf atas nama Seventeen dan sekaligus menyatakan pamit dari grup musik yang sudah eksis selama 20 tahun kurang 20 hari itu. Artinya, bisa ditafsirkan bahwa Seventeen bubar dengan sendirinya.

Maka video mereka lagi manggung di Tanjung Lesung sesaat sebelum digulung ombak, yang beredar luas di media daring, menjadi sejarah dari aksi mereka terakhir kalinya. 

Anji, seorang penyanyi terkenal saat ini, mengaku merinding mendengar lagu terakhir Seventeen tersebut. Anji mengungkapkan keharuannya melalui instagram dengan menuliskan kembali lirik lagu yang dibawakan Seventeen persis sebelum panggung ditelan tsunami. 

Lirik dari lagu berjudul "Kemarin" ciptaan sang gitaris Herman tersebut seperti ini:

Kemarin engkau masih di sini / Bersamaku menikmati rasa ini / Berharap semuanya tak kan pernah berakhir / Bersamamu bersamamu.

Kemaren dunia terlihat sangat indah / Dan denganmu merasakan ini semua / Melewati hitam putih hidup ini / Bersamamu bersamamu.

Kini sendiri di sini / Mencarimu tak tahu di mana / Semoga tenang kau di sana selamanya.

Aku selalu mengingatmu / Doakanmu setiap malamku / Semoga tenang kau di sana selamanya.

Membaca lirik tersebut seolah menjadi firasat akan sang maut yang sudah mengintai untuk menjemput tiga dari empat personil Seventeen.

Bagi penggemar Seventeen tentu berita tamatnya riwayat band yang terkenal dengan lagu-lagu berirama slow rock itu, menjadi kabar duka yang mendalam.

Tapi bagi Ifan mungkin itulah caranya untuk bisa terlepas dari trauma mendalam. Apalagi Ifan juga kehilangan istri tercinta, Dylan Sahara, yang baru ditemukan jenzahnya Senin kemaren (24/12) atau dua hari setelah bencana tsunami terjadi.

Menarik bahwa Ifan adalah caleg dari PKB mewakili Kalimanatan Barat untuk pemilu 2019, sedangkan istrinya caleg dari Gerindra di Jawa Timur. Ayah Dylan atau mertua Ifan ternyata berstatus anggota DPR dari Gerindra. 

PKB dan Gerindra sebetulnya berseberangan dalam pilpres, tapi tidak mengurangi kemesraan Ifan dan istrinya. Lihatlah foto-foto pasangan tampan dan cantik ini yang tersebar di media sosial. Mereka terlihat begitu serasi dan tak segan mengumbar kemesraan.

Ada satu lagi caleg dari PKB di Seventeen yaitu Herman, yang akan bertarung di Provinsi Maluku Utara. Karena ada 2 orang Seventeen yang pindah haluan ke politik itulah, Bani yang tidak tertarik terjun ke politik sudah berancang-ancang berbisnis konveksi.

Tapi manusia hanya bisa berencana, keputusan ada di tangan Tuhan. Hanya Ifan yang masih berpeluang meraih mimpinya menjadi wakil rakyat. 

O ya, tentang nama Seventeen yang menjadi nama grup band, itu karena saat dibentuk tahun 1999, semua personilnya berumur 17 tahun. 

Butuh beberapa tahun bagi mereka untuk meraih sukses secara komersial setelah album ketiga mereka "Lelaki Terhebat" (2008) meledak di pasaran. 

Namun, justru saat  Seventeen masih  menjadi salah satu band papan atas Indonesia, eksistensi mereka dalam blantika musik tanah air harus berakhir secara tragis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun