Iseng-iseng, coba anda berdiri di pinggir jalan protokol di sebuah kota, kota manapun di negara kita. Anda perhatikan mobil jenis atau merek apa yang paling banyak berlalu lalang. Ya, tak salah lagi, pasti Toyota Avanza, yang karena saking banyaknya disebut sebagai "mobil sejuta umat".
Kebetulan saya baru saja menamatkan membaca buku tentang salesman Toyota terbaik di dunia yang berjudul "Johnny Darmawan, Cerita tentang Etos Bisnis" diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, 2018, yang ditulis oleh Herman Effendi.
Karena saya tidak bermaksud menulis resensi buku tersebut, yang pasti, ini bukan promosi, bagi yang tertarik tentang manajemen praktis yang tidak terpaku pada pakem teoritis, perlu membaca buku ini, maka saya hanya sedikit mengulas khususnya tentang proses kelahiran mobil sejuta umat itu.
Ide awal Avanza berasal dari Toyota yang ada di Indonesia, yang untuk memproduksinya berkolaborasi dengan Daihatsu. Perlu diketahui, bahwa kolaborasi ini bisa berlangsung lancar karena Toyota Motor Corporation (TMC) yang merupakan induk perusahaan Toyota di Jepang telah mengakuisisi Daihatsu Motor Corporation.
Johnny Darmawan dengan timnya di Toyota Astra Motor (TAM) yang menggodok sampai melahirkan kendaraan multi-purpose tersebut pada tahun 2003. Johnny yang meniti karir dari bawah, mulai bergabung dengan perusahaan Multi Astra tahun 1982, salah satu perusahaan di grup Astra, dan sejak tahun 2002 sudah menjadi Presiden Direktur TAM. Â
Nah, ceritanya sejak krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998, penjualan mobil anjlok luar biasa. Mobil Toyota Kijang sebetulnya masih disukai masyarakat, tapi karena nilai rupiah yang melemah tajam, harganya tak mungkin dipertahankan di kisaran Ro 100 juta, batasan harga maksimal yang dianggap masih terjangkau oleh daya beli konsumen ketika itu.
TAM kemudian menyimpulkan hasil survey yang dilakukannya dengan sebuah pertanyaan, bagaimana membuat mobil baru seperti Toyota Kijang, namun dengan harga yang jauh lebih murah.
Usul TAM ke prinsipalnya, TMC Jepang, akhirnya berbuah manis dengan diproduksinya mobil serasa Kijang tapi dengan kapasitas mesin yang lebih kecil. Soal mesin dengan engine yang kecil, merupakan keunggulan dari Daihatsu. Maka kolaborasi dengan Daihatsu menjadi solusinya. Â
Begitu masuk pasar, Â penjualan Avanza langsung meroket. Setelah diperkenalkan pada masyarakat Desember 2003, di tahun 2004 penjualan mobol ini tercatat lebih dari 43.000 unit dan mendorong lahirnya pasar segmen low multi purpose vehicle.
Kinerja Avanza tersebut menjadi fenomena tersendiri bagi sejarah otomotif nasional, Â dalam waktu 10 tahun, tepatnya di tahun 2013, telah menembus penjualan 1 juta unit sehingga mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Â Padahal, beberapa mobil sejenis Avanza telah hadir menyemarakkan persaingan, namun Avanza tak tergoyahkan sebagi penguasa pasar.Â
Pihak Toyota Jepang yang awalnya memandang Indonesia dengan sebelah mata, akhirnya mengakui bahwa Indonesia sungguh mempunyai prospek yang cerah. Maka Toyota tidak ragu lagi membangun pabrik mobil di Indonesia dengan menggelontorkan investasi dalam jumlah besar. Johnny Darmawan pun diakui sebagai salesman Toyota terbaik di dunia.Â
Dengan langsung memproduksi mobil di Indonesia, maka tanpa gembar gembor dan tanpa label "mobil nasional" yang saat Orde Baru disematkan kepada mobil Timor yang sebenarnya adalah mobil dari Korea yang lisensinya diberikan kepada Tommy Soeharto, pihak Toyota Indonesia sudah banyak menggunakan komponen lokal pada mobil yang diproduksinya.
Bahkan sejak beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sudah menjadi negara pengekspor mobil, karena dari jumlah yang diproduksi, baik dari Toyota Group maupun mobil lainnya, sebagian diserap oleh pasar luar negeri.Â
Johnny Darmawan yang sejak 2014 telah pensiun dari Astra Group diakui oleh banyuak pihak sebagai salah satu orang yang paling berjasa dalam membangun industri otomotif di dalam negeri, sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan lapangan kerja baik di perusahaan perakitan, industri komponen, dealer mobil, hingga bengekel. Â
Tidak itu saja, karena sudah berhasil mengekspor mobil, pasti menghasilkan devisa yang lumayan. Tentu juga pajak yang disetorkan industri otomotif bagi pemerintah setiap tahunnya tergolong besar.Â
Kembali ke Toyota Avanza, keberhasilannya ditunjang oleh banyak faktor. Yang paling jelas adalah faktor kepercayaan konsumen, karena Avanza adalah pionir mobil sejenis dan ada nama besar Toyota di depannya.Â
Kemudian banyaknya jaringan penjualan, kemudahan layanan pemeliharaan mobil, ketersediaan spare part yang banyak, dan harga jual kembali yang tetap tinggi karena masih diburu konsumen mobil second, juga menjadi faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya.
Keberhasilan Avanza adalah juga keberhasilan Indonesia, keberhasilan anak bangsa, tidak semata-mata keberhasilan Astra atau Toyota sebagai perusahaan.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H