Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Boy Thohir Tukar Dolar Setara Rp 25 Triliun, Rupiah Malah Makin Lemah

5 Oktober 2018   11:02 Diperbarui: 5 Oktober 2018   11:26 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boy Thohir (dok. cnbcindonesia.com)

Bagi para pejabat dan istri-istrinya pun juga saatnya untuk bertingkah laku yang "ramah" terhadap rupiah. Bila ada ibu-ibu yang ikut arisan dalam dollar, saatnya konversikan ke rupiah.

Bila banyak bapak-bapak pejabat yang main golf pakai taruhan menggunakan "si gondrong" (istilah lain untuk menyebut uang kertas dollar Amerika Serikat), saatnya taruhan pakai lembaran rupiah saja. Syukur-syukur tidak pakai taruhan sama sekali, karena kata uztad, taruhan itu judi, dan judi itu haram.

Bapak-bapak pengusaha atau pejabat juga lazim mengisikan beberapa lembar dollar ke dalam amplop waktu menghadiri resepsi pernikahan rekanannya. Soalnya menyelipkan dollar lebih praktis, lebih tipis, dan nilainya tinggi. 

Namun, dalam kondisi rupiah lagi terpuruk seperti sekarang, kelaziman seperti itu harus diganti. Jika memang telah diniatkan memberikan sejumlah uang untuk hadir di resepsi pernikahan, berikan saja dalam rupiah, meski amplopnya jadi lebih tebal.

Hanya saja, perlu diingat aturan KPK, kalau tidak salah pemberian di atas Rp 1 juta atau yang senilai dengan itu, si penerima bila merupakan seorang pejabat, wajib melaporkan ke KPK, karena bisa dianggap sebagai gratifikasi.

Kemudian, untuk mereka yang senang plesiran ke luar negeri, sekarang ini sebaiknya ganti haluan, dengan berkeliling banyak sekali obyek wisata dalam negeri, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Percayalah, gak kalah indah kok dengan luar negeri.

Lalu apa lagi? O ya, saatnya kita semua lebih banyak membeli produk dari negeri sendiri. Tas buatan Tajur di Bogor atau Tanggulangin di Sidoarjo, mungkin tidak sebagus tas impor. Demikian pula sepatu dari Cibaduyut, Bandung, jelas kalah dari sepatu buatan Italia.

Tapi "atas nama cinta", marilah berhemat membeli barang impor dan tidak berpikir panjang untuk membeli barang buatan Indonesia. Jika semua itu sudah jadi gerakan nasional, mudah-mudahan efektif untuk memperbaiki nilai tukar rupiah.

Memang, kalau kita baca pendapat para ahli, masalah yang dihadapi Indonesia saat ini bersifat struktural, sehingga gerakan nasional seperti telah ditulis di atas, agaknya bukan resep yang paling ampuh untuk mengobati penyakit yang kita idap. Namun, kita butuh obat pereda rasa sakit agar suhu panas tubuh bisa turun, yang bisa kita galang bersama-sama, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Boy Thohir (dok. cnbcindonesia.com)
Boy Thohir (dok. cnbcindonesia.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun