Rabu kemaren (3/10) terbetik berita yang cukup fantastis dari kacamata kebanyakan orang Indonesia, yakni seorang pengusaha bernama Boy Thohir, mengonversi dollar Amerika Serikat yang dipunyainya dari transaksi bisnis sejumlah  US $ 1,7 miliar ke dalam mata uang rupiah, menjadi sekitar Rp 25 triliun.
Bagi yang belum tahu, nama sesungguhnya dari  pengusaha yang antara lain memiliki PT Adaro Energy Tbk, produsen dan eksportir batubara, tersebut adalah Garibaldi Thohir. Boy, adalah nama akrabnya.Â
Tak salah lagi, Boy adalah saudara, tepatnya kakak kandung, dari Erick Thohir, pemilik PT Mahaka Media Tbk, dan sekaligus ketua tim sukses pasangan capres dan cawapres Jokowi - Ma'ruf Amin pada pilpres mendatang.
Boy dan Erick adalah putra dari Teddy Thohir, salah satu pemilik (co-owner) dari grup Astra Internasional bersama William Soeryadjaya. Jadi, darah bisnis memang sudah mengalir di tubuh Boy dan Erick sejak kecil.
Masalahnya adalah, aksi Boy yang pantas diacungi jempol untuk membela kehormatan rupiah tersebut, belum segera mendatangkan efek positif. Justru pada penutupan perdagangan Kamis (4/10) sore kemaren, nilai tular rupiah semakin merosot, menjadi Rp 15.179 untuk setiap 1 dollar Amerika Serikat.Â
Padahal waktu Boy melakukan aksi konversi dollarnya, nilai tukar rupiah masih di kisaran Rp 15.075. Mudah-mudahan tidak seperti yang dikhawatirkan banyak orang yang mengatakan bila angka Rp 15.000 telah ditembus, maka akan sulit lagi turun, bahkan cenderung naik lagi, dalam arti rupiah semakin tertekan.
Tapi apakah tindakan Boy jadi sia-sia, atau ibarat kata pepatah: "bagai menggarami air laut"? Tentu tidak begitu. Memang, jumlah Rp 25 triliun bagi masyarakat banyak merupakan jumlah yang amat besar.Â
Namun demikian, dibandingkan dengan volume perdagangan yang berkaitan dengan mata uang dollar Amerika Serikat dan rupiah, jumlah Rp 25 triliun belum cukup nendang.
Kalau gak nendang, bukan berarti harus menyerah. Justru, segenap potensi yang kita miliki harus dikerahkan. Kita harus semakin kompak, bersatu dengan menyiapkan amunisi yang jauh lebih banyak.
Kalau seorang Boy Thohir bisa mengonversi setara Rp 25 triliun, maka dengan menggandeng puluhan, kalau perlu bahkan sampai ratusan, pengusaha papan atas di negeri ini, yang melakukan tindakan yang sama, sangat mungkin nilai rupiah akan menguat, atau paling tidak, tidak makin merosot.
Sekaranglah saatnya jiwa nasionalisme para pengusaha bisa ditunjukkan. Bila ada yang justru menimbun dollar karena berharap nilainya akan semakin naik, ini namanya menangguk di air keruh.