Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bankir yang Tersingkir Setelah Banting Setir

14 September 2018   08:33 Diperbarui: 14 September 2018   09:12 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pahala Mansury, belum lama menjadi orang nomor satu di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, tepatnya jabatan direktur utama di maskapai penerbangan yang menjadi flag carrier Indonesia itu, diembannya sejak 12 April 2017.

Namun, langkahnya harus terhenti karena Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia, Rabu (12/9) sore, memutuskan mengangkat Ari Askhara, sebelumnya Dirut PT Pelindo III (Persero), sebuah Badan Usaha Milik Negara yang mengelola pelabuhan laut, menjadi pengganti Pahala.

Pahala sejatinya adalah seorang bankir. Ia sejak tahun 2003 bergabung di Bank Mandiri, dan sejak tahun 2010 sampai dipilih menjadi Dirut Garuda, Pahala menjadi salah seorang direktur di bank yang merupakan hasil merger 4 bank BUMN yang menderita kerugian besar saat krisis moneter 1998 tersebut (Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bapindo, dan Bank Ekspor Impor Indonesia).

Memang, bagi mereka yang sukses di BUMN perbankan, oleh Kementerian BUMN banyak yang ditunjuk menjadi nakhoda di BUMN non-bank. Nah, dalam hal ini bolehlah mereka disebut sbagai bankir yang banting setir. Sebaliknya, jarang sekali direktur yang sukses di BUMN non-bank ditunjuk untuk menjadi pemimpin di BUMN perbankan. 

Sepertinya kondisi di atas kurang adil. Tapi mungkin bisa dijelaskan seperti ini. Mereka yang bergelut di bukan bank, keahliannya bersifat spesifik, karena hanya fokus pada bidang usaha yang dikelolanya. Sedangkan bankir lebih bersifat general, karena bank membiayai semua jenis usaha yang punya prospek. Dalam hal ini, orang spesialis lebih sulit jadi generalis, ketimbang orang generalis jadi spesialis.

Sebagai contoh, Garuda adalah nasabah utama Bank Mandiri. Bahakan saat Garuda punya pinjaman yang macet di bank tersebut,  utangnya itu sempat dikonversi menjadi modal saham, sehingga Mandiri menjadi salah satu pemilik Garuda. Namun karena bank tidak boleh secara permanen punya anak perusahaan yang bergerak di luar bidang keuangan, saham tersebut dijual lagi oleh Mandiri saat Garuda sudah go public di tahun 2011.

Jadi, bagi pejabat Mandiri, khususnya yang ikut menangani Garuda sebagai salah satu prime customer-nya, tentu bila ditunjuk menjadi tim manajemen di Garuda, sudah tidak perlu belajar dari nol, paling tidak dari sisi bisnis atau aliran kas, sudah kepegang. Tinggal lagi mengasah aspek teknis tentang dunia penerbangan, yang bisa didelegasikan ke direktur teknik atau direktur operasional.

Demikian pula kenapa banyak direktur BRI yang menjadi direktur utama di Bulog, bisa saja karena Bulog adalah salah satu nasabah utama BRI, sehingga hubungannya sangat dekat. Sayangnya, seperti Pahala Mansury, dua kali orang BRI jadi nakhoda Bulog, dua-duanya juga cepat tersingkir. 

Kedua pejabat dari BRI tersebut adalah Lenny Sugihat yang menjadi Direktur Utama Bulog tidak sampai setahun, dari akhir 31 Desember 2014 dan berakhir 8 Juni 2015 . Lenny digantikan oleh direktur BRI lainnya, Djarot Kusumayakti, untuk masa yang cukup lama (tapi tetap lebih cepat dari kelaziman satu periode kepemimpinan selama 5 tahun). 

Djarot baru saja diganti pada 27 April 2018 yang lalu, dan ini yang menarik, penggantinya adalah pejabat dari Polri, Budi Waseso, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional. 

Tidak semua bankir yang banting setir, cepat tersingkir. Sofyan Basir, Direktur Utama BRI selama lebih 9 tahun (2005-2014),  sukses membawa BRI sebagai bank yang paling besar labanya di tanah air sejak 2005 sampai sekarang, saat ini masih  kokoh menjadi Dirut PLN yang dijabatnya mulai 23 Desember 2014.

Jadi, bankir yang banting setir adalah suatu hal yang biasa. Lalu, soal tersingkir atau tidak, itu hanya terkait persepsi publik. Untuk contoh Lenny dan Djarot tidak didapat berita apakah telah mendapat penugasan baru oleh kementerian BUMN. Tapi untuk Pahala sudah ada tugas baru yakni menjadi Direktur Keuangan Pertamina.

Apakah posisi Pahala mengalami penurunan dari seorang direktur utama di Garuda menjadi "hanya" salah seorang direktur biasa di Pertamina, terserah persepsi publik lagi. Yang jelas, para pejabat di level tersebut biasanya adalah "orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri", sehingga yang menjadi motif utama lebih kepada aktualisasi diri dengan membawa sebuah perusahaan menjadi lebih baik.

Lagi pula, kalau motifnya buat mencari uang, tentu para bankir tersebut tidak mau banting setir ke BUMN non-bank, karena dilihat dari sisi gaji dan tantiem (bagian laba yang didistribusikan kepada direksi dan komisaris) di BUMN perbankan jauh lebih besar dibandingkan yang bukan perbankan.

Kalau disimak berita tentang kegiatan di beberapa BUMN, dalam beberapa hari terakhir ini terjadi pergantian pengurus. Kita ucapkan selamat pada pengurus baru, semoga berhasil meningkatkan kinerja di BUMN yang dipimpinnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun