Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Pasar Terapung di Lembang Jawa Barat

29 Agustus 2018   07:57 Diperbarui: 29 Agustus 2018   09:23 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar terapung, seperti yang terdapat di beberapa kota di Kalimantan, selalu menarik bagi mereka yang di daerah asalnya tidak punya pasar sejenis. Bahkan di Banjarmasin dan Martapura, Kalimantan Selatan, pasar terapung yang hanya berlangsung dari subuh sampai pagi hari, membuat banyak wisatawan rela bangun dini hari untuk menikmati suasana pasar yang unik tersebut.

Disebut unik karena penjual aneka dagangan berada di perahu masing-masing, dan pembeli juga berperahu mengitari pasar tersebut. Tawar menawar dan transaksi terjadi dengan proses penyerahan barang dan uang dilakukan dengan merapatkan perahu si pembeli ke perahu si penjual.

Nah, saat di Lembang, Jawa Barat, sejak 5 tahun terakhir ini telah dibangun sebuah pasar terapung sebagai sebuah obyek wisata baru, maka yang terbayang adalah suasana seperti di Kalimantan yang pernah saya kunjungi sekitar 10 tahun yang lalu. 

Pengunjung pasar terapung (Dok pribadi)
Pengunjung pasar terapung (Dok pribadi)
Namun bayangan saya tersebut ternyata keliru. Saya menjumpai suasana pasar yang modern, bahkan namanya pun berbahasa Inggris, Floating Market Lembang (selanjutnya untuk tulisan ini saya singkat FML). Tentu kontras dengan nuansa tradisional yang saya lihat di Banjarmasin. FML beroperasi dari pagi sampai malam setiap harinya.

Bukannya tidak ada gaya tradisonal di FML, seperti dengan banyaknya bangunan berarsitektur rumah tradisional Jawa. Tapi, secara umum, FML berkonsep kekinian, bahkan bisa disebut berwawasan internasional dengan kehadiran berbagai bangunan bercorak Eropa, Jepang, Cina, dan sebagainya.

Gift Shop bercorak Eropa (Dok pribadi)
Gift Shop bercorak Eropa (Dok pribadi)
Namanya juga terapung, pasti ada airnya, yang di FML berupa sebuah telaga berukuran sedang. Namun, pasarnya itu sendiri bersifat permanen, bukan perahu yang bergerak seperti di Banjarmasin. Di tengah telaga, ada semacam los pasar yang memanjang, yang di sisi kiri dan kanannya berjejer kios aneka makanan, masing-masingnya bercorak seperti sebuah sampan.

Para pengunjung berjalan di sepanjang los tersebut sambil memilih kios mana atau makanan apa yang akan mereka santap. Memang kalau lagi penuh seperti di hari libur saat saya kesana (22/8/2018), relatif sulit juga mencari tempat duduk untuk menyantap makanan, sehingga sebagian ada yang membawa makanan ke luar los, dan menyantapnya di area pertamanan.

Jenis makanan yang dijual amat bervariasi, dari yang bercitarasa lokal, sampai makanan yang disukai remaja kota besar sekarang ini yang berbahan keju atau coklat. Untuk membeli makanan, pengunjung harus membeli koin khusus FML terlebih dahulu, untuk nantinya digunakan sebagai alat pembayaran ke si pedagang.

jalan yang mengitari FML (Dok pribadi)
jalan yang mengitari FML (Dok pribadi)
Memang ada beberapa obyek di FML, sehingga bagi yang gak kebagian berburu makanan kesukaan, tak perlu kawatir. Menjajal naik perahu berkeliling telaga, baik perahu lepas, atau gabungan beberapa perahu yang saling terhubung seperti gerbong, menjadi pilihan banyak pengunjung.

Obyek lain antara lain adalah Rainbow Garden, semacam taman bunga warna-warni, yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk para pengunjung berfoto. Sedangkan toko souvenir tersebar di banyak lokasi di FML.

Dok pribadi
Dok pribadi
Di atas telah disebut bahwa FML berkonsep internasional. Makanya jangan heran, taman-taman di sini seperti terbagi atas beberapa cluster, seperti cluster Cina, Jepang, Eropa, di samping tradisional Indonesia. Atau bisa pula dibagi atas beberapa tema, seperti hewan (angsa, domba, kelinci, dan sebagainya), sawah, kebun bunga, dan lainnya.

Setelah itu ada lagi wahana kota mini, kolam renang, miniatur kereta api, serta arena outbond. Pokoknya, kalau ingin menikmati semua fasilitas yang tersedia di FML, bisa menghabiskan sehari penuh. Tentu juga ada fasilitas yang bersifat penunjang seperti toilet dalam jumlah yang memadai serta musala. Hanya saja musalanya yang bercorak langgar tradisional dari kayu, berukuran relatif kecil.

Sawah dan target memanah (Dok pribadi)
Sawah dan target memanah (Dok pribadi)
Setiap obyek sebetulnya  menarik untuk menjadi latar belakang mengambil foto. Bahkan di sepanjang track yang mengitari FML banyak pengunjung yang tergoda untuk berfoto. Akibatnya, di hari libur yang disesaki pengunjung, arus di track bisa tersendat karena ada rombongan yang mengokupasi untuk mengabadikan mereka bergaya.

Dok pribadi
Dok pribadi
Melihat begitu banyak yang bisa dinikmati, tarif sebesar Rp 20.000 per orang untuk masuk FML, yang sudah termasuk gratis segelas welcome drink, rasanya terbilang wajar, bahkan relatif murah. Untuk yang membawa kendaraan harus ditambah lagi biaya parkir, dan seperti yang saya alami, meskipun area parkir cukup luas, untuk menampung animo di hari libur, cukup sulit mencari tempat parkir yang kososng. 

Dok pribadi
Dok pribadi
Satu hal yang menggembirakan, di FML para pedagang kecil, khususnya pedagang makanan, seperti mendapat wadah yang pas untuk berjualan. Tentu kemampuan para pedagang tersebut juga meningkat karena mereka harus memenuhi standar kebersihan dan standar lainnya. Justru gerai makanan kelas atas yang banyak di mal-mal besar, di FML tidak terlihat.

Keberpihakan FML kepada pedagang tersebut di atas pantas diapresiasi, walaupun publik tidak diberi informasi, seperti apa pola bagi hasilnya dengan manajemen atau pemilik FML.

Dok pribadi
Dok pribadi
Dengan kehadiran FML, maka persaingan antar obyek wisata di sekitar Lembang memang menjadi semakin ketat. Lembang, yang berada di ketinggian dan berhawa sejuk, sejak zaman Belanda sudah dipenuhi oleh banyak vila tempat orang-orang berpunya beristirahat.

Di Lembang terdapat obyek wisata alam kawah gunung Tangkuban Parahu serta sumber air panas. Kemudian bermunculan pula obyek wisata modern dengan tema khusus seperti rumah sosis, restoran unik, atau yang sejenis itu.

Maka eksistensi obyek wisata di Lembang membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar kelak tidak ditinggalkan pengunjung karena kemunculan pesaing baru. 

Dok pribadi
Dok pribadi
FML cocok menjadi salah satu pilihan wisata keluarga. Bagi pengunjung dari Jakarta disarankan untuk lewat tol Cipali, sehingga tidak perlu masuk kota Bandung yang macetnya minta ampun atau lewat Puncak yang lebih lebih sulit medannya.

Dok pribadi
Dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun