Pasar terapung, seperti yang terdapat di beberapa kota di Kalimantan, selalu menarik bagi mereka yang di daerah asalnya tidak punya pasar sejenis. Bahkan di Banjarmasin dan Martapura, Kalimantan Selatan, pasar terapung yang hanya berlangsung dari subuh sampai pagi hari, membuat banyak wisatawan rela bangun dini hari untuk menikmati suasana pasar yang unik tersebut.
Disebut unik karena penjual aneka dagangan berada di perahu masing-masing, dan pembeli juga berperahu mengitari pasar tersebut. Tawar menawar dan transaksi terjadi dengan proses penyerahan barang dan uang dilakukan dengan merapatkan perahu si pembeli ke perahu si penjual.
Nah, saat di Lembang, Jawa Barat, sejak 5 tahun terakhir ini telah dibangun sebuah pasar terapung sebagai sebuah obyek wisata baru, maka yang terbayang adalah suasana seperti di Kalimantan yang pernah saya kunjungi sekitar 10 tahun yang lalu.Â
Bukannya tidak ada gaya tradisonal di FML, seperti dengan banyaknya bangunan berarsitektur rumah tradisional Jawa. Tapi, secara umum, FML berkonsep kekinian, bahkan bisa disebut berwawasan internasional dengan kehadiran berbagai bangunan bercorak Eropa, Jepang, Cina, dan sebagainya.
Para pengunjung berjalan di sepanjang los tersebut sambil memilih kios mana atau makanan apa yang akan mereka santap. Memang kalau lagi penuh seperti di hari libur saat saya kesana (22/8/2018), relatif sulit juga mencari tempat duduk untuk menyantap makanan, sehingga sebagian ada yang membawa makanan ke luar los, dan menyantapnya di area pertamanan.
Jenis makanan yang dijual amat bervariasi, dari yang bercitarasa lokal, sampai makanan yang disukai remaja kota besar sekarang ini yang berbahan keju atau coklat. Untuk membeli makanan, pengunjung harus membeli koin khusus FML terlebih dahulu, untuk nantinya digunakan sebagai alat pembayaran ke si pedagang.
Obyek lain antara lain adalah Rainbow Garden, semacam taman bunga warna-warni, yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk para pengunjung berfoto. Sedangkan toko souvenir tersebar di banyak lokasi di FML.
Setelah itu ada lagi wahana kota mini, kolam renang, miniatur kereta api, serta arena outbond. Pokoknya, kalau ingin menikmati semua fasilitas yang tersedia di FML, bisa menghabiskan sehari penuh. Tentu juga ada fasilitas yang bersifat penunjang seperti toilet dalam jumlah yang memadai serta musala. Hanya saja musalanya yang bercorak langgar tradisional dari kayu, berukuran relatif kecil.
Keberpihakan FML kepada pedagang tersebut di atas pantas diapresiasi, walaupun publik tidak diberi informasi, seperti apa pola bagi hasilnya dengan manajemen atau pemilik FML.
Di Lembang terdapat obyek wisata alam kawah gunung Tangkuban Parahu serta sumber air panas. Kemudian bermunculan pula obyek wisata modern dengan tema khusus seperti rumah sosis, restoran unik, atau yang sejenis itu.
Maka eksistensi obyek wisata di Lembang membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar kelak tidak ditinggalkan pengunjung karena kemunculan pesaing baru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H