Di negara kita banyak sekali terdapat pohon pinus. Pohon ini sengaja ditanam untuk menjaga kelestarian lingkungan. Bukit yang gundul, bila ditanami pohon pinus, bisa mencegah erosi. Makanya di area pebukitan atau pegunungan, terutama yang dikuasai perusahaan milik negara, Perhutani, hutan pinus mudah ditemukan.
Selain untuk konservasi hutan, manfaat pinus ternyata cukup banyak. Batangnya bisa dipakai buat konstruksi, korek api, pulp dan kertas serat panjang. Sedangkan getahnya bisa diolah menjadi bahan pengencer cat.
Paling tidak ada dua objek utama di sana, yakni menjajal hammock atau tempat tidur gantung dan berfoto di top selfie. Jangan bayangkan naik tempat tidur gantung itu gampang, kecuali bagi para pendaki gunung yang sudah terbiasa, meskipun sebetulnya bahannya aman karena terbuat dari kain berbahan khusus seperti bahan untuk parasut, yang kedua ujungnya diikat ke batang pinus, mirip ayunan.
Buat memanjat tempat rebahan tersebut, ada petugas yang siap membantu. Meskipun begitu, kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh saat berbaring atau saat berfoto juga diperlukan, agar posisinya nyaman.Â
Para penjaga hammock selalu siap kalau terjadi apa-apa. Kalaupun lagi tidak ada penyewa, mereka menunggu di depan "kapling" yang dikuasainya, atau aktif menawarkan pengunjung untuk memilih hammock-nya. Satu orang dimintai uang sewa Rp 5.000.
Untuk setiap spot, yang masing-masingnya mempunyai dekorasi unik, seorang pengunjung juga dikenakan biaya Rp 5.000. Artinya, bila ada kelompok yang terdiri dari 10 orang dan ramai-ramai menggunakan suatu spot, maka mereka harus merogoh kocek Rp 50.000.
Berfoto kelompok di tengah jalan yang membelah hutan pinus banyak menjadi pilihan pengunjung, sehingga bila ada mobil yang mau lewat, si pengendara harus bersabar sampai pengambilan gambar selesai. Untungnya jarang mobil yang lewat, karena bagi mereka yang datang membawa kendaraan disediakan tempat parkir yang tidak mengganggu pengunjung berfoto.Â
Banyak pula mereka yang berpacaran berfoto mesra, dan tampaknya para fotografer lokal mampu mengarahkan gaya sehingga adegannya mirip di film-film atau di sinetron. Hanya saja aktor dan aktris-nya banyak yang malu-malu karena adegan tersebut ditonton banyak orang yang juga antre untuk berfoto.
Para fotografer tersebut memakai kamera miliknya sendiri, bukan dari hape pengunjung. Jadi nanti pengunjung dipersilakan memilih foto-foto yang ingin dipindahkan ke hapenya, dengan membayar Rp 1.500 per foto, atau membayar borongan dengan memindahkan semua foto ke hape pengunjung, dengan ongkos sesuai kesepakatan setelah tawar menawar.
Untuk yang suka naik kuda, bisa pula menyalurkan hobinya, karena di Hutan Pinus Kragilan terdapat penyewaan kuda yang akan didampingi pemandunya untuk berkeliling kawasan objek wisata tersebut.Â
Sebaiknya membawa masker penutup hidung yang bisa dibeli dari para pedagang di gerbang masuk, karena debunya relatif banyak. Selain itu, tingkah laku pengunjung banyak yang kurang terpuji dengan membuang sampah seenaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H