Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Taman Bunga Desa dengan Misi Sosial

7 September 2018   07:47 Diperbarui: 7 September 2018   08:00 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman bunga, bukanlah sesuatu yang langka di negara kita yang indah ini. Boleh dikatakan, ke kota manapun kita pergi di tanah air, pasti ada taman bunganya. Bahkan sekarang di desa-desa pun banyak ditemukan taman bunga yang dikelola secara baik dan menjadikannya sebagai objek wisata. 

Keberadaan taman bunga semakin menjamur semenjak budaya berfoto selfie menjangkiti masyarakat kita sejak beberapa tahun terakhir ini. Kegiatan berwisata, yang ditandai dengan mengunggah foto saat melancong di media sosial, seperti menjadi kebutuhan pokok, sama pentingnya dengan makan atau membeli pakaian.

Dok pribadi
Dok pribadi
Makanya, ketika saya lagi jalan-jalan ke kota Magelang, Sabtu (25/8), sewaktu diajak oleh tuan rumah yang warga asli Magelang, untuk berkunjung ke Taman Bunga Ramadanu, awalnya saya tidak begitu antusias, karena foto-foto di taman seperti itu sudah bertebaran di dunia maya.

Namun akhirnya saya tergerak untuk menuliskannya di Kompasiana, bukan karena tampilan fisik tamannya itu sendiri, tapi lebih karena ada sesuatu yang luar biasa dalam semangat pendirian dan pemeliharaannya.

Foto bareng yang diambil oleh pemandu. Dok pribadi
Foto bareng yang diambil oleh pemandu. Dok pribadi
Pertama, soal nama, kenapa dinamakan Ramadanu? Hal itu berasal dari pembukaannya yang baru saja dilakukan pada awal Juni 2018, yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Sedangkan lokasinya berada di Dusun Danurojo, Desa Jamuskauman, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perpaduan Ramadhan dan Danurojo, jadilah Ramadanu.

Kedua, taman tersebut sepenuhnya gagasan dan hasil usaha para remaja yang tergabung dalam kelompok karang taruna setempat dengan memanfaatkan aset desa berupa tanah bengkok. Jadi, ini bukan bisnis wisata dari pemodal besar yang dikelola secara profesional, tapi murni dari swadaya masyarakat.

D
D
Ketiga, secara fisik, hamparan bunga yang ada di sana tidak kalah cantik dengan taman bunga di kota-kota besar atau di destinasi wisata yang sudah terkenal sebelumnya. Sebagian bibit bunganya didatangkan  dari luar negeri.

Memang areanya tidak begitu luas, dan keragaman bunganya juga tidak begitu banyak. Tapi bila foto-foto pengunjung di Ramadanu diunggah ke media sosial, dijamin bisa "menyembunyikan" lahan yang tidak luas serta jenis bunga tidak banyak itu tadi. Mereka yang melihat foto-foto tersebut, bila belum pernah ke sana, mungkin akan membayangkan taman yang luas sekelas Taman Bunga Nusantara di Cipanas, Puncak, Jawa Barat.

Dok pribadi
Dok pribadi
Keempat, para pemandu wisata di sana yang semuanya adalah aktivis karang taruna setempat, betul-betul melayani pengunjung dengan baik, terutama dengan mengarahkan dalam mengambil foto agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Pemandu ini juga bertindak sebagai juru foto dengan menggunakan hape pengunjung, tidak membuat foto instan yang dijual dengan harga mahal seperti yang lazim di tempat lain.

Kelima, sewaktu kami tanya berapa tarif untuk seorang pemandu, pemandu yang kami pakai menjawab free. Lalu ketika kami memberikan uang seikhlasnya sebagai tanda terima kasih, ia menerima, dan mengatakan semua uang yang didapat pemandu, sesuai aturan main di sana, akan diteruskan untuk kegiatan sosial di dusun tersebut, terutama untuk panti asuhan yatim piatu yang ada dekat taman bunga. 

Dok pribadi
Dok pribadi
Mendengar itu, kami ramai-ramai menambah uang untuk diberikan ke panti asuhan, meskipun si pemandu menawarkan agar kami datang langsung ke panti tersebut. Tapi kami percaya bahwa si pemandu akan menyampaikan ke panti, karena ia bercerita banyak tentang aktivitas dan kebutuhan panti, serta tujuan pendirian taman Ramadanu yang dari awal diniatkan untuk misi sosial. 

O ya, tarif masuk taman Ramadanu relatif murah, Rp 8.000 per orang. Bagi yang belum pernah ke sana, silakan berkunjung, berfoto sepuasnya sambil beramal.

Dok pribadi
Dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun