Bad news is good news sudah lazim berlaku di dunia jurnalistik. Berita Lombok diguncang gempa pasti lebih menarik ketimbang berita Presiden meresmikan suatu proyek baru. Berita pembunuhan sadis di sebuah desa lebih laku ketimbang berita sistem keamanan di suatu kampung.
Namun, mungkin saya yang terlambat tahu, ternyata prinsip mendahulukan berita buruk, bila diterapkan sebagai salah satu prinsip di suatu perusahaan, akan ikut mengangkat kinerja perusahaan tersebut.
Itulah yang diterapkan oleh perusahaan otomotif terbesar di negara kita dan telah sukses mengekspor kendaraan roda 4 ke banyak negara, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, sebagaimana ditulis Kompas (6/8).
Di perusahaan tersebut ada 7 prinsip utama, tapi yang saya tertarik tentang prinsip yang berbunyi, "Berita buruk terlebih dahulu". Prinsip lain relatif sama dengan banyak perusahaan lain, seperti: integritas, visioner, inovatif, kerja sama, dan sebagainya.
Saya lama bekerja di sebuah perusahaan di bidang keuangan. Di sana ada lima nilai perusahaan, yang semuanya bersifat "generik", yakni: integritas, profesionalisme, keteladanan, kepuasan nasabah, dan penghargaan kepada pekerja.
Sejauh ini kinerja perusahaan tempat saya bekerja terbilang cemerlang. Tapi meskipun kurang terekspos, saya tahu bahwa banyak hal yang harus diperbaiki terkait adanya fraud, pelayanan terhadap keluhan nasabah, dan sebagainya. Kalau saja berita buruk mendapat tempat khusus, saya yakin kinerjanya lebih kinclong lagi.
Memang seiring dengan berjalannya waktu, gaya feodal yang saat saya mulai bekerja lebih 30 tahun lalu, terlihat dominan, semakin lama semakin hilang. Feodal yang saya maksud contohnya anak buah takut berbicara dengan atasan dan atasan juga berperilaku seperti tuan besar terhadap pelayannya.
Namun meskipun suasana sekarang lebih demokratis, tetap saja bila bos bertanya kepada bawahannya yang sudah bos juga, katakanlah bos kecil, bos kecil sungkan mendahulukan berita buruk.
Bahkan saya mencermati pola bahasa para bos kecil tersebut relatif seragam bila ditanya bos besar tentang progress report. Polanya adalah positif, negatif, positif. Mereka yang sukses menerapkan pola ini, karirnya terbilang bagus.
Jadi, positif pertama pada pola di atas adalah sampaikan keberhasilan terlebih dahulu. Berikutnya baru yang negatif dengan menyampaikan kendala di lapangan. Kemudian tutup dengan positif lagi, bahwa terhadap kendala itu telah diantisipasi dengan baik dan sudah ada solusinya.Â
Setelah itu bos besar manggut-manggut puas, bos kecil pun tersenyum. Padahal kendala yang dilaporkan itu tadi berpotensi menjadi bom waktu.
Kalau saja dilaporkan secara gamblang tanpa basa basi, dan ditempatkan di awal laporan, mungkin saja bos besar akan kesal, bahkan marah, tapi setelah itu diskusi akan lebih terarah buat mencari terobosan baru, bukan aksi tambal sulam yang terbayang di benak bos kecil yang setia dengan pola Asal Bapak Senang (ABS).
Saya yakin, prinsip sampaikan berita buruk terlebih dahulu, sangat bagus diterapkan di perusahaan manapun, karena memadamkan api yang masih kecil lebih gampang ketimbang api yang telah berkobar ke mana-mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H