Saya kebetulan sudah pernah mengunjungi kota Manchester di Inggris. Meskipun di kota ini terdapat banyak obyek wisata, tapi yang banyak diburu pelancong justru melongok langsung ke Stadion Old Trafford yang menjadi markas klub sepakbola terkenal Manchester United, serta klub saingannya Manchester City yang punya Etihad Stadium.
Di kedua stadion tersebut para pelancong bisa membeli jersey dan merchandise resmi . Kalau lagi lapar, tersedia kafe atau restoran dengan interior design yang khas klub yang bermarkas di sana. Â Bagi yang ikut paket wisata dengan agenda berkunjung ke salah satu atau kedua stadion tersebut, akan dipandu untuk berkeliling stadion, termasuk melihat pemandangan di belakang layar seperti ruang ganti pakaian pemain dan lorong tempat pemain berjalan ke lapangan.
Nah, waktu saya berkesempatan melancong ke Bali pertengahan Juli 2018 lalu, seketika terbersit keinginan saya untuk melongok kandang klub Bali United. Ada semacam rasa penasaran, apakah di Bali sebagai destinasi wisata utama di negara kita, sudah mulai menggarap stadion sebagai obyek wisata.
Kebetulan letak Stadion Kapten I Wayan Dipta yang menjadi homebase Bali United, tidak jauh dari Ubud yang memang telah saya agendakan untuk mengunjunginya. Selama ini saya hanya menyaksikan stadion tersebut dari siaran langsung di televisi saat Bali United bermain di kandangnya. Hal yang menarik seperti yang saya lihat di layar kaca, stadionnya tidak saja dipenuhi oleh penggemar dari warga lokal, tapi juga banyak orang bule.
Stadion Wayan Dipta dulunya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Setelah berdirinya klub Bali United yang memilih markas di stadion ini, dilakukan renovasi besar-besaran sejak tahun 2015. Sampai sekarang sebetulnya renovasi belum seratus persen tuntas, namun lapangannya telah memenuhi standar untuk dipakai dalam pertandingan Liga 1 Indonesia, bahkan dipakai pula dalam turnamen antar klub Asia (Piala AFC), di mana Bali United bersama Persija Jakarta menjadi wakil Indonesia di awal tahun 2018 yang lalu.Â
Kualitas rumput stadion ini, seperti yang saya saksikan langsung, boleh diacungi jempol. Hijau dan rata, serta terkesan secara rutin dirawat dengan baik. Namun dari sisi kenyamanan penonton, meskipun kapasitasnya mampu menampung sekitar 25.000 orang, kondisi yang relatif baik hanya di tribun utama saja. Sedangkan di luar tribun utama, tidak ada bangku dan juga terbuka tanpa atap.
Manajemen Bali United telah melengkapi stadion ini dengan berbagai fasilitas, meniru stadion-stadion di Eropa.  Ada merchandise store yang punya space cukup luas. Barang yang dijual juga lengkap, seperti kaos, jaket, topi, syal, dan sebagainya. Karena barangnya berkategori "resmi", wajar kalau harganya lebih mahal ketimbang barang tiruan yang dijual di kios-kios di luar stadion. Rata-rata harga jersey dan kaos itu tadi sekitar Rp 250.000 sampai Rp 350.000 per potong.
Persija boleh saja menggunakan Gelora Bung Karno (GBK) yang amat megah sebagai kandangnya, namun merchandise store resminya tidak ada di GBK. Demikian pula Persib dengan Gelora Bandung Lautan Api (GBLA)-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H