Jadi bagi yang ingin turun, harus berpikir dua kali sambil bertanya dalam hati, kira-kira kuat gak untuk naik kembali? Ngos-ngosan sudah pasti. Lagi pula tingkat kecuramannya lumayan bikin was-was bagi yang tak biasa bertualang.Â
Suasana tradisional Bali (Dok pribadi)
Pantai Angel tidak kalah eksotik, dan karena tidak mengerikan untuk turun ke bebatuan di pinggir pantai, di sini banyak wisatawan yang berenang. Sedangkan Broken Beach tidak jauh dari Angel, sehingga sekali parkir kendaraan, bisa dapat dua obyek sekaligus, asal kuat berjalan kaki.Â
Broken Beach letaknya agak tersembunyi, karena itu banyak dipakai untuk foto prewedding atau foto eksklusif dengan bantuan dari juru foto profesional. Di sini latar belakangnya adalah batu karang yang ada bolongannya yang menjorok di pantai tersebut.
Turun kapal (dok pribadi)
Bagi pelancong yang beragama Islam tidak perlu kawatir di Nusa Penida. Meskipun sebagian besar penduduk Nusa Penida, sebagaimana orang Bali pada umumnya, Â adalah penganut agama Hindu, tapi di dekat pelabuhan ada masjid untuk menunaikan kewajiban salat. Di sekitar masjid ini penduduknya berdarah Bugis dan disebut juga kampung muslim.
Suasana di kapal (dok pribadi)
Begitulah kisah saya beberapa jam di Nusa Penida. Ada sedikit catatan tentang naik dan turun
speed boat. Perlu kehati-hatian karena seperti yang saya alami, kapal berlabuh tidak kerapat ke pantai. Di pelabuhan Nusa Penida harus lewat jembatan kayu atau naik perahu lebih kecil.
Di Sanur lebih sulit lagi karena harus  melangkah di air laut setinggi betis. Celana panjang saya yang sudah digulung tetap basah. Dalam hal ini cara berpakaian turis bule, yang menurut kita kurang sopan, justru lebih pas dengan kondisi alam, yakni bercelana pendek, kaos, dan sandal karet.
Kapal ke Nusa Penida (dok pribadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya