Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Banyak Objek Wisata Baru di Bogor, Kebun Raya Tetap Paling Top

29 Juni 2018   15:11 Diperbarui: 29 Juni 2018   15:27 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu (27/6/2018) yang lalu, saya punya hari bebas karena merupakan hari libur nasional dengan tujuan untuk memudahkan para pemilih pada pilkada serentak. Padahal sebagai warga DKI Jakarta, pilkadanya sudah berlangsung di  tahun 2017. Maka hari itu saya manfaatkan untuk membawa saudara saya yang datang dari Riau untuk berwisata ke sekitar Jakarta, dalam hal ini ke kota Bogor.

Pamor Bogor memang semakin terangkat sejak Presiden Jokowi sering berpos di Istana Bogor. Bahkan hari ini, Jumat (29/6), Presiden menerima kunjungan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, di Bogor. 

Perkembangan kota ini relatif pesat kalau dilihat dari menjamurnya sejumlah hotel, mal, apartemen, factory outlet, dan restoran atau kafe yang representatif. Obyek wisata yang bernuansa kekinian pun banyak bermunculan seperti Jungle Land, Jungle Water Adventure, Taman Wisata Matahari, dan yang paling hits sekaligus paling anyar adalah Devoyage, kampung wisata bernuansa Eropa.

Bersampan (dok pribadi)
Bersampan (dok pribadi)
Maka, tujuan pertama kami yang memang sudah diniatkan dari awal adalah ke Devoyage yang berlokasi di Bogor Nirwana Residence, tidak jauh dari pusat kota melewati Jalan Batu Tulis. Kami sampai di sana sekitar jam 3 sore, dan alamaaak....., pengunjung betul-betul ramai. Untuk membeli tiket masuk saja, harus melewati antrian yang panjang, padahal sudah dibuka tiga jalur pembelian tiket.

Harga tiket adalah Rp 25.000 per orang di hari biasa dan Rp 35.000 di hari libur. Karena hari pencoblosan pilkada serentak dihitung sebagai hari libur, kami terkena tarif Rp 35.000 per orang. Tarif parkir kendaran roda empat lumayan murah yakni Rp 5.000 untuk dua jam pertama.

Kincir Angin dijubeli pengunjung (dok pribadi)
Kincir Angin dijubeli pengunjung (dok pribadi)
Tampaknya penciuman bisnis dari pengelola Devoyage sangat tajam. Mengingat kebutuhan anak muda dan para remaja untuk berfoto di tempat-tempat yang indah dan terkesan seperti di luar negeri demikian meningkat, maka dibangunlah taman wisata ini yang terdiri dari banyak sekali gedung-gedung berarsitektur ala Eropa, Menara Eiffel mini, kincir angin seperti yang ada di Belanda, jalur sungai untuk bersampan, dan bunga-bunga serta ornamen Eropa lainnya.

Sayangnya ya itu tadi, unsur komersialnya terlihat dominan. Terlalu minimalis dalam arti lahan yang sempit dipaksa dijejali dengan berbagai replika, sehingga kenyamanan pengunjung jadi berkurang. Gedung-gedung itu hampir semuanya kamuflase yang ada bagian depannya saja, lalu bagian belakangnya berfungsi sebagai tembok keliling taman wisata. Ya kalau di tempo doeloe mirip-mirip lukisan yang jadi background di studio foto.

Spot yang favorit untuk berfoto menjadi rebutan antar pengunjug, karena tidak ada pengaturan antrian. Di sini saling serobot saja. Kincir angin dan jembatan di sisi kirinya, salah satu tempat yang butuh kesabaran untuk dapat kesempatan mengambil foto.

Kebun Raya Bogor (dok pribadi)
Kebun Raya Bogor (dok pribadi)
Mungkin karena barang baru saja, Devoyage jadi begitu ramai. Sebetulnya kalau sekadar untuk gaya-gayaan seolah-olah lagi di Eropa, sudah cukup banyak tersedia di mana-mana. Kalau yang gratis bisa datang ke komplek perumahan Legenda Wisata Cibubur, di pinggiran timur Jakarta, khususnya di kluster Eropa.

Kalau yang berbayar, menurut saya yang terbaik ada di Musium Angkut, Batu, tak jauh dari Malang, Jawa Timur. Ada pula Little Venice di Puncak, dan di Bandung serta kawasan wisata Lembang juga punya beberapa spot bernuansa Eropa. 

Kolam (dok pribadi)
Kolam (dok pribadi)
Akhirnya, kami hanya tahan sekitar 30 menit saja di Devoyage. Setelah salat ashar di musala yang juga kecil sehingga antri lagi yang ada di taman wisata itu, kami pun keluar. Saya yang tidak enak hati karena saudara yang dari Riau bilang kurang nyaman di Devoyage, berusaha "membayarnya" dengan menawarkannya ke Kebun Raya Bogor.

Parkir mobil di Kebun Raya Bogor (dok pribadi)
Parkir mobil di Kebun Raya Bogor (dok pribadi)
Tadinya saya ragu-ragu kalau saudara saya juga akan kecewa, karena setahu saya Kebun Raya hanya berisikan koleksi pohon-pohon tua di area yang sangat luas, sehingga butuh daya tahan fisik untuk menjelajahinya.

Tapi saya sungguh keliru. Saya masih membayangkan Kebun Raya seperti tiga puluh tahun lalu, saat saya masih muda dan baru bekerja di Jakarta, kuat berjalan kaki berkeliling kebun, meskipun yang dilihat hanya pohon-pohon besar dan beberapa bangunan kuno peninggalan Belanda. Seingat saya saat itu, kendaraan roda empat tidak boleh masuk.

Tugu Rafflesia (dok pribadi)
Tugu Rafflesia (dok pribadi)
Setelah itu saya tidak punya keinginan lagi masuk Kebun Raya, meskipun setiap ke Bogor, saya otomatis mengelilingi jalan raya di depan kebun seluas 87 hektar dan telah berusia dua abad itu, karena separo pusat kota Bogor, ya berupa kebun raya.

Alhamdulillah, kebun raya yang dulu obyek wisata nomor satu di Bogor karena tidak ada saingannya, sekarang tetap top, karena melakukan inovasi. Sekarang kendaraan roda empat boleh masuk untuk dipakai berkeliling kebun dengan jalan yang mulus dan indah karena pembatas jalannya ditanami aneka bunga.

Beruntung saya sampai di gerbang Kebun Raya sebelum jam lima, saat gerbang masuk ditutup bagi pelancong. Tarif masuk Rp 15.000 per orang ditambah Rp 30.000 untuk mobil. Lalu saya terkaget-kaget karena bayangan saya tentang Kebun Raya yang dulu telah jauh berubah.

Jalan raya di dalam kebun raya (dok pribadi)
Jalan raya di dalam kebun raya (dok pribadi)
Dulu unsur edukatif dan penelitiannya yang lebih diutamakan, sedangkan sekarang unsur rekreasinya lebih terasa. Ada taman besar tempat pengunjung bermain, menggelar tikar sambil menikmati makanan yang di bawa dari rumah. Ada pula rumah makan berkonsep pesta taman, yang juga laris menjadi tempat resepsi pernikahan.

Ada kolam air mancur yang luas. Ada Tugu Rafflesia untuk memperingati dua abad Kebun Raya Bogor. Masih banyak spot lain yang cocok untuk tempat berfoto dengan leluasa dan nyaman. Pokoknya semua memanjakan mata.

Pantas saja Presiden Jokowi bangga membawa kepala negara asing berkunjung ke Kebun Raya Bogor.

Takjub dengan pohon tua (dok pribadi)
Takjub dengan pohon tua (dok pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun