Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Loyalitas Pemain Putra Daerah di Klub Liga 1

29 April 2018   07:53 Diperbarui: 29 April 2018   09:03 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Evan dan Andik, arek Suroboyo yang bermain di Malaysia (dok. Indosport.com)

Kesimpulannya, tidak relevan mempersoalkan putra daerah dalam persepakbolaan kita. Ini bukan seperti Pilkada yang menempatkan putra daerah sebagai isu yang sensitif. Namun demikian bila ada pemain yang sangat lengket dengan daerah asalnya, perlu diberikan apresiasi. Contohnya adalah Boaz Solossa yang  setia di Persipura. 

Contoh paling heroik tentu saja almarhum Choirul Huda, putra asli Lamongan yang "cinta mati" dengan Persela Lamongan dalam arti sesungguhnya, karena meninggal saat "berdinas". Sebagai kiper, Choirul menemui ajalnya saat bertanding melawan Semen Padang di Lamongan, 15 Oktober 2017. Choirul berbenturan ketika berusaha meraih bola dari pemain lawan, lalu meninggal di rumah sakit setempat.

Kesetiaan seperti Boaz dan Choirul, ternyata tidak berlaku buat putra daerah saja. Ismed Sofyan, pemuda asli Aceh, selama berkarir di klub pro boleh dikatakan sangat loyal pada klub Persija. Sejak tahun 2002 sampai saat ini di usianya yang ke 38, masih tetap membela tim ibukota tersebut. Rekor ini mungkin tidak tertandingi oleh pemain Persija yang berdarah Betawi sekalipun.

Era sepakbola pro di negara kita telah menjadi pemersatu bangsa, dengan saling berpencarnya para pemain dari berbagai pelosok negeri. Ini tentu harus dipandang sebagai hal yang positif. Jelas sangat berbeda bila dibandingkan dengan yang terjadi di era perserikatan sampai dekade 1970-an. Saat itu klub yang berjaya hanya itu-itu saja yang berasal dari kota-kota yang punya banyak pemain putra daerah, seperti Persib, Persija, Persebaya, dan PSMS.

Dulu karena masih berstatus amatir, maka pemain putra daerah tersebut disiasati agar tetap membela klub daerahnya dengan menjadikan pemain sebagai pegawai negeri atau pegawai perusahaan daerah di kota tersebut. Maka praktis perpindahan antar klub tidak begitu tinggi frekuensinya.

Artikel ini sesungguhnya bertujuan mengajak semua suporter klub manapun di Indonesia untuk tetap memupuk persahabatan dengan kelompok suporter dari kota lain. Boleh-boleh saja fanatik, tapi jangan sampai menjadi permusuhan abadi. Bisa jadi di klub yang dibela terdapat pemain yang berasal dari daerah "musuh", dan sebaliknya di klub "musuh" ada pemain yang justru berasal dari daerah klub yang dibela suatu kelompok suporter.

Janganlah memupuk fanatisme kedaerahan yang sempit pada sepakbola kita, tapi pupuklah rasa nasionalisme secara positif untuk mengangkat prestasi tim nasional Indonesia di semua jenjang usia.

Evan dan Andik, arek Suroboyo yang bermain di Malaysia (dok. Indosport.com)
Evan dan Andik, arek Suroboyo yang bermain di Malaysia (dok. Indosport.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun